Tengsoe Tjahyono Ingin Dedikasikan Sisa Hidup Untuk Sastra, Berikut Profilnya

15 Agustus 2023, 20:20 WIB
Dr Tangsoe Tjahjono, penyair besar Tanah Air, yang juga seorang Akamdemikus dari Universitas Negeri Surabaya (UNESA) /Antara/

JURNAL SOREANG- Bagi kebanyakan orang menulis itu adalah hal yang sangat sulit dan berat untuk dilakukan. Tidak sedikit orang yang mengabaikan budaya membaca apa lagi untuk menulis.

Sastra seharusnya adalah sesuatu hal yang tidak berjarak dari masyarakat, pelajar dan generasi muda.Sastra tidak mesti hanya menjadi konsumsi kalangan tertentu saja.

Dr Tangsoe Tjahjono, penyair besar Tanah Air, yang juga seorang Akamdemikus dari Universitas Negeri Surabaya (UNESA).

 

Memcoba membuat suatu formula bagaimana sastra itu dapat menjadi sesuatu hal yang terasa mudah didalami dan dipahami, baik untuk seorang penulis atau pun bagi penikmat Sastra itu sendiri.

Sangat banyak orang yang memiliki minat dan ide kreatif dalam menyampaikan suatu hal yang sesuai dengan ide pengetahuannya, misal dalam membuat Cerita Pendek (Cerpen) yang dapat menjadi sebuah karya sastra. Dan dapat menjadi rutinitas bagi pemilik ide.

Melihat keberadaan sastra yang semakin berjarak dari masyarakat, membuat Tangsoe Tjahjono berpikir dan menemukan formula menulis sastra yang ringan, tetapi tidak mengurangi ensensi sastranya itu sendiri.

Baca Juga: Mengenal Sastrawan Ida Oka Rusmini, Inilah Puisi Kepompong Sebagai Salah Satu Karyanya

Tangsoe kemudian menemukan ide menemukan menulis serba tiga (3), yakni cerita pendek tiga (3) paragraf (Pentigraf), Cerita Tiga (3) Kalimat (Tatika) dan Puisi Tiga(3) Bait/Puisi Tiga Baris (Putiba).


Ide kreatif ini di munculkan Tangsoe ketika dengan kegundahannya pria kelahiran Jember Jawa Timur ini melihat begitu lesu dan berjaraknya sebuah sastra dari masyarakat.

Ide ini juga dapat memberi ruang bagi mereka yang ingin menuangkan ide- idenya dalam bentuk tulisan dan mengabadikannya sebagai sebuah sastra yang sederhana.
Selain itu juga, sastra 3 dapat menjadi jawaban atas kegelisahan banyak orang di era yang serba tergesa-gesa ini.

 

Format pendek sastra 3 itu juga memungkinkan seseorang untuk menulis karya ditengah kesibukannya yang padat. Cara sastra 3 ini juga memudahkan pembaca menikmati karya sang penulis di sela waktu yang bergulir cepat.

Namun tampaknha usaha dan perjuangan Tangsoe dalam menciptakan sistem formula sastra 3 yang bersahabat dengan perkembangan jaman ini akan berakhir dalam posisinya sebagai Pegawai Negeri Sipil yang akan memasuki masa pensiun.

Pria kelahiran 3 Oktober 1958 ini akan segera pensiun sebagai dosen PNS pada 1 November 2023 mendatang.

Meski demikian, untuk seorang sastrawan dan penulis atau pun jurnalis tak ada kata 'pensiun' dalam menuangkan ide kreatif dalam berbagai karya sastra.

Baca Juga: Tahukah Kamu? Sastrawan Indonesia, Pramoedya Ternyata Pernah Menulis Buku di Kertas Semen, Cek Faktanya!

Dengan demikian, pengelola Komunitas Kampung Pentigraf Indonesia, Teras Putiba Indonesia dan Desa Tatika Indonesia ini akan terus berjalan seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan transformasi di era digitalisasi yang semakin canggih ini.

Lelaki berambut panjang sebahu itu menyatakan bahwa dirinya telah "mewakafkan" hidupnya melalui Sastra untuk kebaikan orang banyak.

"Karena bidang yang saya tekuni ini adalah Sastra, maka lewat Sastra inilah saya "wakafkan" Hidup saya, "Demikian tegas tangsoe Tjahjono dalam sebuah wawancara dengan jurnalis dari media nusantara ANTARA.

Bertepatan dengan masa pensiunnya di tahun ini, Tangsoe Tjahjono juga akan berulang tahun ke 65 tahun pada 03 Oktober nanti.

 

Namun baginya, usia bukanlah sekedar angka, melainkan juga menjadikan sebuah waktu berefleksi atas perjalanan diri,
Jika apa yang selama ini dijalani merupakan suatu kesalahan, maka seseorang akan dapat mengubahnya menjadi lebih baik.

"Saya dulu memang tidak pernah menempatkan diri dengan membawa kultur kampus saat bersama dengan masyarakat. Saya bergaul dengan masyarakat secara apa adanya sebagai manusia, itu membuat saya merasa bahagia," Kata penulis sejumlah buku Sastra dan ilmiah itu.

Denga kata lain, Tangsoe selalu dengan sederhana dalam menempatkan sesuatu hal, termasuk juga dalam karya sastra, agar lebih banyak orang yang menikmati, mudah dipahami dan diterima oleh masayarakat.
Gelar doktor bukan lagi suatu beban yang menjadi penghalang baginya untuk melakukan kebaikan.

Masih berkaitan dengan HUT yang ke-65 tangsoe mengajak para sastrawan seluruh Indonesia untuk membuat karya tulis atau puisi dengan tema mengenai "Usia dan Waktu"

 

Tulisan-tulisan
puisi yang telah dikirimkan itu akan dikumpulkan dan akan diterbitkan dalam bentuk buku. Peluncuran bukunya akan dilakukan pada momen ulang tahunnya pada Oktober mendatang.

Tangsoe mengajak sastrawan Indonesia untuk mereferensikan mengenai"Usia dan Waktu" Yang ditulis dalam format puisi.
Refleksi dalam kumpulan puisi itu akan menjadi warisan generasi muda, agar tidak menyia-nyiakan waktu dan terus berkarya.

Tangsoe Tjahjono selain seorang dosen, juga aktif di Dewan Kesenian Malang,(DKM) dan Dewan Kesenian Jawa Timur (DKJT).

Dia mengatakan, bahwa, dalam perjalanan hidup itu sesungguhnya setiap saat kita meniti 'Titian Shirothol mustaqim' sebuah titian yang di ibaratkan setipis rambut yang di belah tujuh. Karena tipis dan licinnya jembatan itu, manusia harus berhati-hati dalam bersikap dan bertindak dalam menjalani kehidupan.

Baca Juga: PascaPermohonan Maaf Arteria Dahlan, Benarkah Masyarakat Sunda Menghargai Bahasanya? Ini Kata Sastrawan Sunda

Pakar Sastra, Dr Sutejo menilai DR Tangsoe Tjahjono adalah penyair yang gigih dan konsisten dengan dunia sastra.
Konsep dan genre sastra baru yang dikembangkan oleh Tangsoe, berupa Sastra 3 adalah buah dari kegigihannya dalam berkaraya dan berinovasi didunia sasatra yang ia tekuni.

Tangsoe Tjahjono layak dicontohi dan menjadi panutan oleh generasi muda khususnya untuk generasi penulis sastra saat ini dan kedepan. Tidak hanya itu, tetapi semangatnya pun agar selalu membara dalam diri generasi muda dan tidak pernah padam dari waktu ke waktu.

Bagi Sutejo, Tangsoe adalah sastrawan yang rendah hati, dengan disikapnya yang penuh kasih dan perhatian ia bersahabat dengan siapa pun.

 

Bukan hanya di kenal sebagai seorang sastrawan, Tangsoe adalah juga seorang guru dan motivator yang kehadirannya selalu memberikan suasana yang menyenangkan, dengan penampilan yang santai, tanpa memperhitungkan diri bahwa ia adalah seorang doktor.

Jika kehadiran Sastra di yakini dapat bermanfaat untuk pembentukan karakter seseorang menjadi lebih humanis Tangsoe telah menunjukkan dan membuktikan hal itu dari karya-karyanya. Ia terus istiqomah mengajak banyak orang untuk tidak lelah belajar menulis karya sastra, khususnya dengan 3 Sastra yang dikembangkannya. ***

Editor: Sarnapi

Sumber: Antara

Tags

Terkini

Terpopuler