“Jadi tiap desa ada kendala, permasalahan stunting yang berbeda-beda, kemudian melalui artificial intelligence kita kasih rekomendasinya. Jadi penanganan stunting diintervensi tiap desa berbeda. Inilah bagian dari mengolaborasikan, mengorkrestasikan seluruh komponen yang ada untuk menangani stunting,” tambahnya.
Lebih lanjut, Dony menuturkan aplikasi Simpati tersebut selanjutnya akan diberikan kepada pemerintah melalui Kementerian Kesehatan agar dapat direplikasi oleh daerah lain.
Baca Juga: Road Show Mupen ke-5 Subang-Karawang, Dalam Dua Tahun Stunting di Karawang Turun Jadi 1,7 Persen
Menurutnya, dalam pertemuan tersebut Presiden meminta dirinya untuk keliling ke setiap provinsi guna memastikan replikasi tersebut berjalan baik.
“Aplikasinya pun tentunya kita berikan lewat Pak Menkes karena inilah kontribusi, mudah-mudahan, dari Sumedang untuk negara Indonesia, bagaimana kita berkewajiban tidak boleh meninggalkan generasi yang lemah,” lanjutnya.
Akhirnya, Dony meyakini bahwa kebijakan, program, dan kegiatan yang dirancang oleh pemerintah harus berdasarkan saintifik dan data untuk selanjutnya dapat dikelola dengan memanfaatkan teknologi digital.
Selain itu, kolaborasi dengan pihak lain juga diperlukan untuk mendukung keberlangsungan program tersebut.
“Di antaranya kami (berkolaborasi) dengan Telkomsel. Seluruh kader posyandu kami dilatih bagaimana dia paham akan _stunting_ dan paham aplikasi dan diberikan _smartphone,_ satu posyandu satu, 1.705 posyandu kami diberikan _smartphone,_ terima kasih kepada Telkomsel. Saya bersyukur atas bantuan tersebut,” kata Bupati Sumedang.
Namun demikian, Dony menyampaikan bahwa pihaknya menghadapi sejumlah tantangan selama proses pelatihan dan pendampingan kepada para kader posyandu.