Ketakutan ini, pada gilirannya, dapat menghambat komunikasi terbuka. Menanggapi ketakutan ini, orang mungkin lebih memilih komunikasi yang lebih ambigu untuk 'menguji respons pasangan dan menyelamatkan muka jika pasangan tidak merespons secara positif.'
Memang, pasangan melaporkan sengaja terlibat dalam taktik komunikasi untuk membantu 'menyelamatkan muka' dan menghindari ketidaknyamanan atau rasa malu yang terkait dengan komunikasi seksual verbal langsung.
Ini mungkin benar terutama selama hubungan intim. Mengingat bahwa individu mungkin sangat rentan ketika terlibat dalam aktivitas seksual berpasangan.
Sangat penting bagi kita untuk melewati ketakutan akan reaksi negatif ini.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa setiap orang cenderung lebih senang berhubungan intim bila komunikasinya lebih baik, baik dengan berbicara sendiri maupun dengan pasangan berbicara.
Baca Juga: RUU Sisdiknas Tunai Polemik di Kalangan Guru, Benarkan Tunjangan profesi Guru Akan Dihilangkan?
Tidak ada yang salah dengan isyarat non-verbal yang baik jika itu lebih cocok untuk Anda dan membantu menjaga Anda berdua dalam suasana seksual.
"Komunikasi non-verbal saat hubungan intim sering dianggap kurang canggung atau kurang mengancam daripada komunikasi verbal," tulis mereka.
"Mungkin tidak terlalu canggung atau mengancam bagi seorang wanita untuk mengarahkan tangan pasangannya ke organ intimnya daripada mengarahkan pasangannya secara verbal,"