Apakah Kondensasi pada Jendela itu Berbahaya ? Begini Penjelasan Ilmiahnya

- 3 Juli 2022, 21:22 WIB
Ilustrasi jendela.  Apakah Kondensasi pada Jendela itu Berbahaya ? Begini Penjelasan Ilmiahnya
Ilustrasi jendela. Apakah Kondensasi pada Jendela itu Berbahaya ? Begini Penjelasan Ilmiahnya /Unsplash.com/Daniil Silantev

JURNAL SOREANG- Pernahkah Anda bertanya-tanya: apakah kondensasi (pengembunan) pada jendela itu berbahaya? Jika demikian, Becks Shepherd dari Live Science hadir untuk membantu menjawab semua pertanyaan Anda.

Apakah kondensasi pada jendela berbahaya? Inilah semua yang perlu Anda ketahui. Haruskah jendela mengembun ? Bagaimana cara menghilangkan kondensasi ? Haruskah kondensasi terbentuk di jendela baru?

Jadi, dari mana datangnya kondensasi? Dan bagaimana Anda menyingkirkannya? Kami akan menjawab semua ini dan apakah kondensasi juga akan terbentuk di jendela baru.

Untuk membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, kami telah meminta bantuan Badan Perlindungan Lingkungan A.S. (EPA) untuk mengetahui semua yang perlu Anda ketahui tentang kondensasi di rumah Anda dan cara menghilangkannya.

Baca Juga: Beberkan Kondisi Rumah Usai Digeruduk Polisi, Nikita Mirzani: Gerbang dan pintu Didobrak, Jendela Dirusak

Kondensasi pada permukaan interior jendela dapat 'mempengaruhi konsentrasi beberapa polutan udara dalam ruangan', yang pada gilirannya dapat memiliki efek merusak.

Seperti yang dikatakan Tim Carroll dari EPA kepada Live Science: "Misalnya, kelembaban tinggi membuat udara tetap lembab dan meningkatkan kemungkinan jamur. Maka, ketika kelembaban menjadi kondensasi pada jendela atau permukaan lain, itu menjadi bentuk genangan air di mana jamur , bakteri, dan hama dapat berkembang."

Ditambah lagi, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ketika ada kelembaban atau jamur yang berlebihan, itu bisa menjadi 'ancaman bagi kesehatan'.

Seperti yang ditemukan dalam laporan WHO, "Penghuni bangunan yang lembab atau berjamur berisiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan seperti gejala pernapasan, infeksi saluran pernapasan, rinitis alergi, dan asma."

Halaman:

Editor: Sarnapi

Sumber: LiveScience


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah