JURNAL SOREANG - Seorang pakar kesehatan bernama dr.Prewitt mengungkap hasil penelitiannya mengenai manfaat hubungan intim bagi pasangan suami istri atau pasutri.
Hasil riset pakar jantung dan psikologi tersebut menunjukkan bahwa hubungan intim memiliki manfaat masing-masing bagi istri dan suami.
Pakar tersebut mengungkap bahwa kegiatan hubungan intim yang dilakuakn secara rutin tak hanya sekedar membawa kepuasan belaka bagi isteri maupun suami.
Di sisi lain, menurutnya hubungan intim memiliki dampak positif bagi kesehatan keduanya.
"Banyak orang tdiak menyadari betapa banyak manfaat yang bisa didapat dari hubungan intim," ungkap dr.Prewwit sebagaimana ikutip JuranlSoreang.Pikiran-Rakyat.com dari situs health.clevelandclinic.or pad Minggu, 24 Juli 2022.
Namun yang masih sangat jarang diketahui, kegiatan bercinta yang dilakukan secar rutin dapat membawa efek dan manfaat yang berbeda bagi dua jenis gender tersebut.
Baca Juga: 7 Mitos Seputar Hubungan Intim dan Penuaan, Begini Fakta-Faktanya Menurut Dokter dan Ahli
Hubungan intim menurut dr.Prewitt menawarkan sejumlah dampak kesehatan masing-masing bagi suami dan istri.
Bagi isteri, menurut pakar bidang jantung dan psikologi ini menerangkan bercinta menawarkan manfaat melatih otot panggul.
Latihan ini akan sangat membantu dalam proses persalinan atau melahirkan.
Di sisi lain, dengan otot panggul yang terlatih akan mengatasi inkotinensia urin atau kontrol kandung kemih.
"Semakin banyak istri melakukan hubungan intim, semakin dapat membantu pelumasan organ intim, terutama jika Anda biasanya mengalami rasa sakit saat bercinta," ungkpa dr Prewitt.
Sedangkan bagi suami, rutin melakukan hubungan intim dapat memberi manfaat yang berbeda.
Suami memilki resiko minim terserang penyakit kanker prostat.
"Penelitian menunjukan itu dapat membantu mengurangi resiko kanker prostat," terangnya.
Sebagai informasi kanker prostat merupakan jenis penyakit kronis yang menyerang kelenjar prostat pria.
Kelenjar prostat sendiri adalah bagian sistem reproduksi pria berupa kelenjar kecil yang berada di dasar kandung kemih.
Umumnya gangguan ini dialami oleh pria yang telah memasuki usia 60 tahun.***