“Gini Grace, setiap keluarga memiliki budaya dan filosofinya masing-masing. Tapi faktanya, ketika saya menikah dan menjadi suami dari putri Mochtar Riady, saya masih orang biasa dan pekerjaan penjualan saya tidak jelas," ungkapnya.
"Bisa dibayangkan kalau saya termasuk kepada keluarga saat itu. Berdiri sebagai Direktur Utama, tentunya ini secara tidak langsung akan menimbulkan anggapan bahwa kita berada di level yang berbeda," tambahnya.
Lebih lanjut Dato Tahir menceritakan bahwa di minggu pertama pernikahannya, Tahir harus menelan kenyataan pahit tentang prinsip Mochtar Riady.
Kata mertua, menantu tidak boleh terlibat dalam lingkungan bisnis keluarga Riady alias Lippo Group.
Baca Juga: Heboh! Nama Indra Bekti Diduga Terseret Investasi Bodong Platform Triumph?
“Dari minggu pertama saya menikah, Pak Mochtar sudah menelepon dia yang mengatakan bahwa dia tidak diterima bekerja di lingkaran bisnis keluarga Riady. Dan saya menjawab ya, tidak apa-apa karena itu bukan masalah besar. Kemudian Pak Mochtar bertanya saya: mau ngapain? Saya bilang ke Pak Mochtar dengan jelas, suatu saat saya akan menyaingi kamu," jelasnya.
Namun, Dato Sri Tahir sangat menghormati dan enggan terhadap sosok Mochtar Riady. Dato Sri Tahir menilai ayah James Riady adalah sosok yang sangat tegas dan filosofis.
“Pak Mochtar adalah sosok yang sangat filosofis, dan memahami berbagai Filsafat Tiongkok dengan sangat baik, beliau adalah sosok yang sangat ahli dalam bidang budaya, sastra dan sejarah mandarin. Dan tidak ada yang bisa disalahkan. Hanya saja kami dari modern masyarakat yang selama ini banyak menganut paham budaya barat. Jadi ada perbedaan budaya, sekarang menyesuaikan budaya itu tidak mudah,” ujarnya.
“Saya selalu berpikir bahwa hubungan saya di keluarga Riady hanya jabat tangan di luar pagar, ya dekat tapi ada penghalang di sana. Menurut saya, tidak ada yang salah, bisa jadi Tahir tidak baik. dua budaya, budaya berbeda yang tidak mudah disatukan," tambah Dato Sri Tahir.