Limbah Rumput Laut dan Perikanan Bisa Jadi Pupuk, DPR: Masalah Menahun Pupuk Subsidi Bisa Terpecahkan

22 Agustus 2021, 16:20 WIB
Ilustrasi - Rumput Laut yang bisa dipakai bahan pupuk alternatif dengan limbah perikanan /Pexels/Julia Volk/

JURNAL SOREANG- Anggota  Komisi IV DPR, Andi Akmal Pasluddin Mengatakan, persoalan pupuk subsidi yang selalu menjadi pokok bahasan dalam peningkatan produksi pertanian memiliki banyak alternatif untuk memenuhi kebutuhannya.

Disamping limbah kotoran hewan yang dipadukan dengan limbah tanaman yang selama ini sudah berjalan, ternyata rumput laut dan limbah periksa bisa jadi solusi.

"Selama ini petani memakai pupuk hayati seperti kombinasi Sapi Sawit, Limbah sapi, kambing dengan tebu atau batang padi. Kini alternatif pengembangan pupuk hayati dari rumput laut dan limbah perikanan menjadi harapan untuk menutupi kekurangan kebutuhan pupuk," kata Andi Akmal dalam pernyataannya, Minggu 22 Agustus 2021.

Baca Juga: Anggota DPR: Jadi Sorotan BPK Malah Dirut PT Pupuk Indonesia Dapat Penghargaan Best CEO Award Employees

Sebelumnya, persoalan pupuk organik dari limbah ternak dipersoalkan pada dua masalah, yakni persoalan volume dengan efektifitas kecil dan persoalan emisi karbon.

"Efektifitas Pupuk Kimia yang efisien terhadap jumlah volume masih terus menjadi andalan meskipun lama-kelamaan merusak struktur tanah dalam kurun waktu tertentu. Formula produksi pupuk hayati berbasis rumput laut dan limbah perikanan kami harapkan memiliki efisiensi yang kuat setara pupuk kimia, sehingga dalam jangka pendek dapat memenuhi kebutuhan kekurangan pupuk di kalangan petani," urai Akmal.

Akmal menambahkan, Indonesia merupakan salah satu negara penghasil rumput laut terbesar di dunia meski  belum menjadi negara yang mampu mengoptimalkan potensi alam ini untuk melayani kebutuhan dunia.

Baca Juga: Fraksi PKS DPR Minta Alihkan Anggarann Subsidi Pupuk untuk Subsidi Harga Makanan Pokok

"Terbukti banyak hasil olahan produk makanan yang berbahan baku rumput laut malah dipasok oleh Jepang dan Thailand yang juga masuk di pasar-pasar retail modern di Indonesia," ujarnya.

Memaksimalkan komoditas rumput laut ini selain untuk kebutuhan pangan manusia, pada limbahnya masih juga bermanfaat di optimalkan untuk Pupuk.

"Saat ini, anggran Pupuk subsidi yang dialokasikan pemerintah sekitar Rp20 triliunan. Bahkan pernah mencapai Rp34 triliun. Itupun hanya memenuhi sekitar 34 persen kebutuhan pupuk nasional," katanya.

Terobosan pupuk yang dapat memenuhi kebutuhan ini, bila mampu dilakukan akan menghemat uang negara yang begitu signifikan.

Baca Juga: Waduh, Anggaran Subsidi Pupuk Ternyata Hanya Lebih Banyak Dinikmati BUMN Pupuk, Ini Tanggapan FPKS DPR

"Sehingga dapat digunakan untuk inovasi pengembangan yang nantinya menjadi andalan persaiangan global tanta niaga produk pertanian kita,"  ujar Akmal.

Legislator asal Sulawesi Selatan II ini menjelaskan, Kementerian Pertanian sudah sejak tahun 2009 memiliki program UPPO (unit pengolah pupuk organik) yang tiap tahun digelontorkan ratusan milyar untuk para kelompok peternak.

"Namun upaya program ini sangat minim keberhasilannya dengan dua indikator utama, populasi Sapi secara Nasional tidak kunjung baik yang terbukti masih marak importasi daging, dan polemik pemenuhan kebutuhan pupuk masih terus terjadi yang terbukti masih terjadi langkanya pupuk subsidi di berbagai daerah," katanya.

Baca Juga: Belum Terlalu Dirasakan Petani, DPR Dorong Reformasi Pengelolaan Pupuk Bersubsidi

Akmal meneruskan, berdasarkan dari beberapa kajian yang ada di kampus-kampus, rumput Laut Indonesia dapat diolah jadi gula hingga Bioetanol.

"Selain ramah lingkungan, olahan rumput pengganti pupuk kimia ini juga diproduksi dengan bahan-bahan yang mudah ditemukan dan melimpah. Saya berharap, KKP serius mengembangkan pupuk hayati dari rumput laut dan limbah perikanan," katanya.

Ketika hal  ini sudah terealisasi, menurut Akmal, kita semua berharap pada upaya ini akan memberikan manfaat dan peningkatan ekonomi nasional. "Sehingga daya beli masyarakat dikalangan petani dan nelayan dapat meningkat di kemudian hari", tutup Andi Akmal Pasluddin.***

Editor: Sarnapi

Tags

Terkini

Terpopuler