Network
JURNAL SOREANG - Setiap pagi sejumlah pedagang tumpah-ruah di Lapangan RW 11 Sanggar Indah Banjaran (SIB), Kabupaten Bandung.
Sebagian dari para pedagang itu berjajar di seberang lapang, tepatnya di pinggir kali (sungai kecil) RW 11, Desa Nagrak, Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung.
Mereka, para pedagang di Lapangan RW 11 SIB, Kabupaten Bandung, itu tampak senang mengais rejeki di atas lapak dengan kondisi alakadarnya.
Baca Juga: Minyak Goreng Murah Senangkan Warga Kabupaten Bandung, Kapan Lagi Ada Operasi Pasar?
Setiap pagi para pedagang itu diburu pembeli yang kebanyakan adalah warga RW 11 dan RW 6 SIB, Kabupaten Bandung.
Warga SIB, khususnya ibu-ibu, senang berbelanja di pasar tumpah tersebut. Pasalnya, selain dekat, harga barang di sana lumayan miring.
Barang-barang yang dijajakan di pasar tumpah itu antara lain sayuran, buah-buahan, ikan, bumbu dapur, aneka masakan, kue basah, nasi kuning, gorengan, cimin, cakwe mini dan lain-lain.
Baca Juga: Kok Bisa? Uang di Negara Ini Tak Digunakan Justru Dijual Bak Sebuah Barang di Sebuah Pasar Unik
Jam enam hingga tujuh pagi adalah saat-saat ramai pembeli di pasar tumpah ini. Pasalnya, jam delapan pagi para pedagang sudah bergegas meninggalkan pasar tersebut.
Pemandangan pagi di pasar tumpah ini terjadi sejak lama, jauh sebelum pandemi Covid-19.
Dalam rangka menyokong pemberdayaan ekonomi rakyat, kini, sejak dua minggu lalu, dibangun lapak untuk 16 pedagang di pinggir kali RW 11, Desa Nagrak, Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung.
"Pembangunan lapak ini kurang lebih sejak dua minggu yang lalu," kata Nanta kepada Jurnal Soreang, Jumat, 11 Februari 2022.
Ketua Badan Permusyawaratan Desa Nagrak, Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung, itu mengatakan bahwa dana pembangunan lapak di pinggir kali RW 11 SIB berasal dari Bumdes Nagrak.
Biaya pembangunan lapak tersebut dianggarkan sebesar Rp70 juta.
Bukan hanya pedagang yang senang, warga RW 11 RW 6 SIB yang biasa berbelanja ke pasar tumpah tersebut juga senang.
"Alhamdulillah," kata Mama Nabila, warga RT 1 RW 6 SIB, didampingi Mama Salma, tetangganya. Bagi mereka, menuju ke pasar tumpah itu cukup dengan berjalan kaki.
Pedagang sayuran, Mang Andi dan istrinya mengaku senang akan menempati lapak tersebut.
Baca Juga: Harga Kebutuhan Pokok Belum Terkendali, Pemerintah Harus Segera Operasi Pasar yang Tepat Sasaran
Mereka sudah lama dan merasa nyaman berjualan di sana, meskipun mereka bukan warga SIB.
"Sumuhun engké mah ngalih ka ditu (Ya, nanti akan pindah ke sana)," kata Mang Andi kepada Jurnal Soreang sambil menunjuk ke arah lapak yang masih dibangun.
Kini sementara ia berjualan di tepi lapang yang menghadap jalan besar. ***
