Ceramah Singkat KH. Zainuddin MZ: Makna Idul Fitri Adalah Mensyukuri Nikmat

- 12 Mei 2021, 15:49 WIB
Alm. KH Zainuddin M.Z. /Facebook.
Alm. KH Zainuddin M.Z. /Facebook. /

JURNAL SOREANG – Salah satu ulama sejuta umat di Indonesia, alm. KH. Zainuddin MZ pernah berkata dalam ceramahnya, dengan mensyukuri nikmat yang diberikan Allah SWT, maka makna Idul Fitri meresap ke dalam tubuh kita.

Berikut ceramah singkat KH. Zainuddin MZ, tentang bersyukur atas nikmat dan makna Idul Fitri, dikutip Jurnal Soreang dari kanal Youtube Gmt Media Channel:

Allah berfirman dalam ayat 185 Surat Al-Baqarah, “Walitukmilul 'iddata walitukabbirullaha 'ala ma hadakum wala'allakum tasykurun”.

Baca Juga: Ceramah Singkat KH. Zainuddin MZ: Tidak Ada Garis Finis Dalam Perlombaan Materi dan Harta

Wala’allakum tasykurun, atas hidayah yang diberikan kepada kita, kita bisa melaksanakan ibadah Ramadan. Bisa takbiran, dan diakhiri dengan ungkapan tasyakkur dan tafakkur (mensyukuri nikmat).

Saya berulang kali mengingatkan, nikmat bisa berubah menjadi azab, kalau kita tidak pandai mensyukurinya.

La`in syakartum la`aziidannakum, wa la`ing kafartum inna 'adzaabii lasyadiid. Kalau kamu ingkar tidak pandai bersyukur, awas azab-Ku pedih.

Dengan mensyukuri itu, maka makna Idul Fitri meresap. Kembali kepada fitrah kita sebagai manusia, fitrah kesucian.

Baca Juga: Ceramah Singkat KH. Zainuddin MZ: Orang Tidak Puasa Boleh Merayakan Lebaran

Secara sederhana, orang menggambarkan kembali kepada fitrah, seperti bayi baru dilahirkan oleh ibunya. Bersih, suci, tanpa dosa. Lantaran sudah dibersihkan oleh ibadah Ramadan.

Tapi para ulama, ada yang mengartikan fitrah itu kecenderungan pada kebajikan. Kecenderungan kepada kebaikan, itu juga fitrah. Kembali kepada fitrah manusia, kecenderungan untuk berbuat baik.

Kita lahir (bayi), tidak punya dosa. Tidak ada dosa warisan dalam Islam. Kalo harta warisan ada, dosa warisan tidak.

Karena itu, dalam Islam juga tidak ada penebusan dosa. Kalau dosa bisa ditebus dengan uang, tentu Menteri Keuangan nomor 1 masuk surga.

Baca Juga: Teks Ceramah Ramadhan 2021: Mudik Saat Ini malah Anti Silaturahmi

Dalam konteks dengan fitrah, manusia makhluk yang fitrah. Pertama, manusia makhluk yang ber Tuhan. Mengingkari Tuhan, mengingkari fitrah.

Yang kedua, manusia makhluk sosial. Itu fitrah, kita tidak bisa hidup sendiri. Betapa dan siapapun kita, kita memerlukan yang lain.

Maka nuansa lebaran intinya adalah, silaturahmi. Nuansa Idul Fitri, silaturahmi antar sesama kita.

Baca Juga: Disebut Kafir Karena Ceramah di Gereja, Gus Miftah: Alhamdulillah Saya Masih Tahlilan

Sudah cape kita, dengan mengedepankan perbedaan dan bukan persamaan. Sudah waktunya, kita berbeda tapi tetap bergandengan. Tetap bersama menyongsong hari esok yang lebih baik.

Mintalah Ridha ibu bapak, suami kepada istri, istri kepada suami, dan memaafkan sesama saudara Muslim. Sehingga kita benar-benar kembali kepada fitrah.***

Editor: Sam

Sumber: YouTube


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah