Atep, Tani, Ternak dan Sepak Bola

Sam
14 Oktober 2020, 06:34 WIB
Cawabup Bandung paslon nomor urut 2, Atep (kedua dari kiri) berbincang dengan salah seorang petani muda saat blusukan di Pangalengan. 13 Oktober 2020. / Istimewa. /

JURNAL SOREANG - "Bertani dan beternak itu diibaratkan satu klub sepak bola, dimana didalamnya ada target keberhasilan, dan tentunya semua unsur punya peranan penting." Demikian yang diungkapkan Atep, saat Cawabup Bandung dari Paslon nomor urut 2 itu blusukan ke Pangalengan. Selasa 13 Oktober 2020.

Setiba di Pangalengan, dibalut dengan suasana dialog yang santai dengan sejumlah warga petani, Atep pun menanggapi obrolan warga, seputar dunia sepak bola yang ia kaitkan dengan dunia pertanian dan peternakan.

"Ya, saya hanya menyamakan persamaan, ibaratnya bahwa untuk mempunyai klub sepak bola yang berkualitas, maka di dalamnya harus mempunyai unsur- unsur yang berkualitas. Begitu juga dengan bertani atau beternak harus mempunyai semua unsur yang berkualitas, supaya komoditi yang dihasilkan mampu berdaya saing." kata Atep didampingi anggota Komisi lll DPRD Provinsi Jawa Barat, Torikoh Masruloh Fitiyah, yang turut hadir blusukan.

Baca Juga: DPR: Tidak Ada Uang Jamaah Haji Untuk Pembangunan Infrastruktur

Pertanyaannya adalah, kata Atep, bagaimana caranya menciptakan petani atau peternak yang berkualitas tadi ? Maka harus ada metode atau kolaborasi yang sinergis di semua lini. Disitulah peran penting regulator.

Masyarakat disini, kata Atep, diibaratkan kesebelasan yang mempunyai potensi juara di semua kompetisi. Apalagi segi ekonominya mayoritas dari tani dan ternak yang mempunyai keunggulan yang khas, maka harus menjadi masyarakat yang unggul di bidang pertanian dan peternakan, layaknya klub sepak bola yang juara tadi.

"Saya berkeyakinan bahwa generasi muda disini potensinya bagus-bagus bahkan tidak kalah dengan daerah lain, serta didukung dengan iklim yang cocok untuk bertani dan beternak. Bahkan Pangalengan mampu melahirkan atlet bertarap nasional dan internasional seperti pebulu tangkis Taufik Hidayat dan pesepak bola Asep Dayat." kata Atep.

Baca Juga: Tundukan Bolivia 2-1, Argentina Ke Puncak Klasemen Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Conmebol

Hal itu ia ungkapkan tak lepas dari upayanya menampung segala bentuk aspirasi serta permasalahan yang ada di masyarakat, terkhusus masyarakat petani dan peternak di daerah penghasil susu sapi terbesar di Kabupaten Bandung tersebut.

Melihat kondisi sekarang yang menurutnya serba timpang, terlebih di dunia pertanian, Atep pun merasa terpanggil guna memperbaiki nasib petani dan peternak yang dianggapnya masih dipandang sebelah mata.

"Saya melihat, kedua sektor ini harus mendapatkan perhatian lebih dari berbagai kalangan. Kita lihat sekarang, banyak petani atau peternak seolah kurang mendapatkan perhatian, sehingga hal ini mengakibatkan terjadinya pergeseran profesi yang berujung pada alih fungsi lahan, karena bertani atau beternak dianggap kurang menjanjikan, padahal mempunyai potensi yang bagus." kata Atep.

Baca Juga: Ditahan Swiss 3-3, Jerman Gagal Goyahkan Spanyol di Puncak Klasemen UEFA Nations Leagues 2020-2021

Atep pun tidak menampik bahwa sejumlah permasalahan yang ada di masyarakat petani dan peternak, yaitu terkait masalah seputar harga pupuk dan harga komoditi pertanian yang masih timpang, disamping masalah konflik lahan dan yang lainnya. Terlebih di masa pandemi seperti ini.

"Pada intinya, harus ada kolaborasi dan inovasi yang berkesinambungan antara masyarakat dengan pemerintah terhadap semua bentuk permasalahan yang ada. Jangan sampai ada batas pemisah diantara keduanya." jelas Atep.

Selama berdialog, Cawabup Bandung dari Paslon nomor urut 2 ini, semakin memahami terhadap sekelumit permasalahan yang ada. Dengan demikian, ia pun akan menyikapi hal itu dengan sejumlah langkah sebagai solusi dari permasalahan tersebut, diantaranya menciptakan kolaborasi dengan berbagai pihak dengan melibatkan kalangan generasi muda milenial.

Baca Juga: Sesuai Prediksi, Inilah 4 Varian iPhone 12 yang Resmi Diluncurkan Rabu 14 Oktober 2020 Dinihari WIB.

Sehingga ada keselarasan antara pemerintah dengan petani dan peternak, supaya tidak sepi peminat. 

"Petani atau peternak harapannya begini, tapi kebijakan pemerintahnya lain, ya pasti gak bakal nyambung dan gak singkron." katanya.

"Sekarang saja harga pupuk mahal, tapi hasil komoditi pertaniannya sangat murah, ini tentunya merugikan petani. Maka dari itulah perlu semacam modifikasi untuk stabilisasi harga pertanian. Jangan sampai nantinya regenerasi petani sepi peminat." imbuhnya.

Baca Juga: Christiano Ronaldo Positif Covid-19, Timnas Portugal Harus Kerja Keras Hadapi Swedia

Terkait minimnya minat bertani atau beternak di kalangan anak muda jaman sekarang, Atep pun menyikapi bahwa bertani itu harus mengikuti arus jaman, supaya generasi petani atau peternak bisa berkembang bukan malah berkurang. Dan itulah pentingnya kolaborasi dan inovasi tadi.

"Kita bisa kalah dengan negara lain, bahkan sekarang kita menjadi salah satu negara pengimpor komoditi pertanian.Kita harus akui bersama, begitu banyak hasil pertanian atau hasil peternakan yang diimpor untuk sekedar memenuhi kebutuhan kita sehari-hari, padahal sejatinya negara kita negara agraris yang kaya akan kedua sektor tadi." ungkapnya.

"Salah satu solusi untuk menyikapi hal itu, menurut saya adalah menggali potensi generasi muda yang lebih terfokus pada bidang pertanian dan peternakan, sehingga nantinya bisa menghasilkan satu komoditi unggulan di setiap daerahnya." ungkapnya.

Baca Juga: Besok Rebo Wekasan, Yuk Hafalkan Cara Salat dan Doa untuk Menangkal Penyakit dan Marabahaya

Atep pun mencontohkan komoditi kopi, dengan hasil komoditi tersebut, karena adanya sejumlah inovasi dan modifikasi yang dilakukan oleh anak muda jaman sekarang, maka pamor kopi pun menjadi naik dan membaik.

"Kita lihat, makin banyak tempat ngopi kekinian yang disukai kaum milenial sekarang. Baik di desa maupun kota, banyak warung-warung kopi yang menawarkan berbagai produk kopi dengan nama-nama lokal mereka, sehingga potensi tersebut bisa menjadi komoditi unggulan." ucapnya.

Artinya, jelas Atep, pembinaan dan edukasi terhadap kaum milenial terkait pertanian kopi harus lebih ditingkatkan, supaya tertarik dan terjun langsung mengelola lahan agar tidak dialih fungsikan.

Baca Juga: Trending, Ini Kutipan Nia Ramadhani Saat Mendidik Anak yang Dibanjiri Pujian Warganet

"Dengan metode yang terfokus melalui pendekatan, pembinaan, pelatihan kepada kaum milenial tadi, tidak menutup kemungkinan mereka akan tertarik dan terjun langsung di sektor pertanian atau peternakan, sehingga ada inovasi dan modifikasi, baik dalam segi kemasan dan pemasaran. Tidak hanya di komoditi kopi saja, tapi di komoditi pertanian lainnya seperti sayur dan buah-buahan, komoditi peternakan pun demikian." ungkapnya.

Melihat dari potensi itulah, peran serta pemerintah sangat dibutuhkan.

"Perlu sentuhan khusus dan lebih terfokus. Sehingga nantinya mampu menciptakan UKM - UKM baru di kalangan anak muda milenial yang kompetitif." kata Atep.

Baca Juga: Duh, Masih Ada Kampanye yang Libatkan Balita dan Anak di Pilkada Kabupaten Bandung 2020

"Maka dengan metode terfokus tadi, diharapkan nantinya ikut mendorong pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian ataupun peternakan di daerah tersebut, guna mencapai ketahanan pangan yang merata. Jadi gak perlu impor lagi." harapnya.***

Editor: Sam

Tags

Terkini

Terpopuler