Waspada Anak Lima Tahun Masih Ngompol di Malam Hari, Bisa Terkena Enuresis

26 Desember 2020, 14:06 WIB
Ilustrasi ngompol. /PIXABAY/fujikama

JURNAL SOREANG- Salah satu kemampuan anak adalah mampu mengontrol berkemih saat sadar dan tidur. Hal ini menjadi salah satu bagian dari proses tumbuh kembang anak yang umumnya dicapai anak saat usianya lima tahun.

Dengan kata lain, jika saat usianya lebih dari lima tahun dan  belum bisa berkemih mandiri saat tidur pada malam hari, orang tua perlu waspada. Bisa jadi  anak mengalami enuresis.

"Proses berkemih saat anak bangun dan tidur itu bagian terakhir proses tumbuh kembang. Perlu waktu hingga usia empat  tahun baru anak bisa mulai mengontrol berkemihnya saat bangun dan saat tidur. Enuresis terjadi kalau anak usia lebih dari lima tahun pada malam hari mengompol saat tidur," ujar Kepala Departemen Urologi FKUI-RSCM, Irfan Wahyudi, seperti dikutip ANTARA, baru-baru ini.

Baca Juga: Cara agar Anak Mumpuni Menulis. Awali dengan Membaca

Anak usia 1-2 tahun umumnya baru merasakan kandung kemih penuh, diikuti kemampuan berkemih secara sadar. Pada saat usianya tiga tahun, dia akan mampu menahan kencing dan di atas usia empat tahun tidak mengompol pada malam hari.

"Ajari anak dengan toilet training pada usia dua tahun. Penggunaan popok sampai anak besar itu bisa menyebabkan anak malas ke toilet," kata Irfan.

Sementara jika anak tak bisa mengontrol berkemih saat terbangun pada malam hari,  maka disebut nokturia yang pada orang dewasa diartikan terbangun untuk berkemih dan diikuti keinginan untuk tidur kembali.

Baca Juga: Isi Rekaman Sebelum Mobil Meledak, 'Bom akan Meledak dalam Waktu 15 Menit'

Enuresis bisa diikuti gejala berkemih lain, seperti buang air kecil terputus-putus atau nyeri saat berkemih atau tak ada gejala lain yang disebut monosimtomatik enuresis (MNE).

Menurut Irfan, kecurigaan enuresis pada anak juga bisa diperkuat jika tidak ada kelainan saraf atau anatomi, mengompol terus terjadi atau kambuh kembali setelah enam bulan.

Penyebab kondisi ini akibat produksi urin di malam hari yang seharusnya dikurangi oleh akivitas hormon arginin vasopresin malah tidak terjadi sehingga produksi urin tetap tinggi sementara kapasitas kandung kemih relatif kecil.

Baca Juga: Jadwal Acara TV: GTV Sabtu 26 Desember 2020, Ada X2 X-Men United dan Natal MNC: Doa Untuk Negeri

Pada dua pertiga anak enuresis, kadar hormon yang bertugas menyerap kembali air di ginjal sehingga produksi urin menurun ini rendah pada malam hari."Penyebab lainnya bisa juga karena kandung kemih sensitif dan faktor lain seperti ketidakmampuan anak bangun di malam hari saat kandung kemih penuh," kata Irfan.

Di sisi lain, riwayat keluarga dengan masalah serupa, konstipasi, infeksi saluran kemih, kapasitas kandung kemih yang kecil, ansietas, gangguan tidur, ganggu psikologi dan diabetes juga bisa menjadi penyebab lain dan faktor risiko.

Di Indonesia, kejadian enuresis menurut data Perkumpulan Kontinensia Indonesia (PERKINA) tahun 2008 menujukkan angka 2,3 persen dengan perbandingan antara anak laki-laki dan perempuan 2:1.

Baca Juga: Akan Terjadi PHK Massal sampai 300.000 Orang.Bila Pemerintah Tak Perhatikan Induatri Ini

Apa dampak enuresis pada anak? Irfan mengatakan, anak bisa menurun rasa percaya dirinya, menarik diri dari lingkungan karena merasa minder masih mengompol, mengalami gangguan tidur akibat merasa tidak nyaman mengompol dan berpotensi mengalami gangguan pada kesehatannya.

"Enuresis yang terjadi pada anak kurang dari lima tahun masih dalam keadaan normal. Jika usia telah lebih dari 5 tahun segera berobat ke dokter," katanya.***

Editor: Sarnapi

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler