“Ini menjadi kunci utama transformasi digital nasional. Sehingga, kemampuan literasi digital menjadi keniscayaan bagi pengguna internet di Indonesia,” ujar Menkominfo Jhonny G Plate.
Senada, Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso mendorong perlu kerja sama semua pihak dalam memproduktifkan tingginya waktu berinternet di Indonesia.
"Eksposur media sosial di Indonesia itu luar biasa. Betapa rawannya orang Indonesia untuk terpengaruh berbagai macam budaya luar ketika literasi rendah," ujarnya.
Aneka ragam budaya dari penjuru dunia, tanpa literasi digital yang cukup dapat mempengaruhi seseorang.
"Sekian persen pengguna ketika informasi salah didapat, itu yang mengkhawatirkan. Rendahnya literasi ini menjadi tantangan serius," katanya.
Sementara itu, Ketua DPW LDII Jawa Tengah, Singgih Tri Sulistiyono juga mengatakan, literasi digital adalah permasalahan mendasar yang dihadapi generasi Z.
Baca Juga: Kemah Besar Nasional (Kembesnas) Sako SPN di Sumedang, Berikut yang Ingin Diwujudkan LDII
Kemajuan teknologi mendorong perubahan kebudayaan. Seperti internet of things, artificial intelligence, dan robotik memiliki dampak negatif, yang sering disebut VUCA (volatile, uncertainty, complexity, ambiguity).
“Sifatnya volatile, ketidakpastian akibat banyak informasi, kompleks, membingungkan, sulit dipahami atau multitafsir,” ungkapnya.