Begini Kisah Mengharukan dari Guru Penggerak di Kabupaten Sikka, NTT, di Depan Dirjen PAUD Dikdasmen

- 14 Mei 2024, 07:41 WIB
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Dirjen PAUD Dikdasmen), Iwan Syahril (pegang microphon)
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Dirjen PAUD Dikdasmen), Iwan Syahril (pegang microphon) /Kemendikbudristek /

 

JURNAL SOREANG — Semangat dan dedikasi untuk bergerak bersama memajukan pendidikan melalui gerakan Merdeka Belajar menjadi catatan penting dalam diskusi antara Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Dirjen PAUD Dikdasmen), Iwan Syahril bersama Guru Penggerak Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur, di Capa Resort Maumere, Selasa 6 Mei 2024.

Diskusi yang dihadiri oleh puluhan Guru Penggerak yang sudah diangkat menjadi kepala sekolah dan pengawas sekolah di Kabupaten Sikka tersebut berlangsung dalam suasana hangat diisi dengan berbagai cerita menarik mengenai perjuangan mereka melakukan transformasi pendidikan.

 

Elisabet Gaso, Guru Penggerak Angkatan 1 menceritakan bagaimana lika-liku perjuangannya mengikuti Pendidikan Guru Penggerak.

Mulai dari penolakan kepala sekolah terhadap keikutsertaan dalam program tersebut, praktik baik yang dilakukannya, hingga usahanya untuk membuktikan bahwa program yang sedang diikutinya akan berdampak baik pada satuan pendidikan.

“Setelah dikasih izin (mengikuti Pendidikan Guru Penggerak), nyatanya kepala sekolah tidak rela. Merdeka Belajar itu apa sih? Guru Penggerak itu apa? Bergerak ke sana kemari. Tapi saya selalu berprinsip setiap program yang diluncurkan pemerintah pasti ada niat khusus. Jadi saya terus belajar,” kenang Elisabet yang saat ini sudah menjadi seorang pengawas Sekolah.

Baca Juga: Kick Off Festival Kurikulum Merdeka 2024 Bersama Penggerak Komunitas, Berikut Tanggapan Haru dari Para Peserta

Penolakan juga datang saat Elisabet akan melakukan aksi untuk menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di sekolah TK tempat ia mengajar.

Tapi ia tidak patah arang, ia terus melakukan aksi dan praktik baik yang dipelajarinya selama pendidikan di sekolah tempatnya mengajar, sampai kepala sekolah mengakui program yang sedang diikutinya benar-benar telah membuat perubahan di sekolahnya.

“Saya ikuti betul-betul Program Guru Penggerak, banyak aksi dan praktik baik yang saya lakukan di sekolah, jadilah diakui. Pelatihan yang saya ikuti berjalan mulus sampai lulus sembilan bulan mengikuti pendidikan. Saya diangkat jadi pengawas, saya berupaya bergerak dengan niat yang baik, banyak sekolah yang sudah mengenal apa itu Merdeka Belajar di depan kecamatan di Sikka,” terangnya.

 

Elisabet mengakui, dengan mengikuti Pendidikan Guru Penggerak, ia bisa saling belajar dan berbagi bersama guru-guru dari satuan pendidikan jenjang berbeda. Kekompakan bersama teman-teman seangkatan untuk saling berbagi pengetahuan yang dimiliki terasa begitu berharga.

“Waktu itu saya hanya punya modal pembelajaran sosial emosional, karena itu ada di TK, dan kami berkolaborasi. Saya waktu itu tidak bisa buat video, saya belajar pada teman-teman yang jenjangnya lebih tinggi,” katanya.***

Editor: Sarnapi

Sumber: Kemendikbudristek


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah