Menurutnya, perkembangan teknologi informasi yang sangat dinamis menjadi alasan tersendiri mengapa diskursus ini selalu relevan.
Diskusi ini mengkaji "perjumpaan" agama dan media dari sudut pandang yang lebih luas menggunakan pemetaan agama dalam ruang publik.
"Akibatnya, media profesional atau nasional telah secara aktif dan bebas memproduksi informasi dan penilaian tentang berbagai kelompok agama, banyak diantaranya berkaitan dengan dimensi budaya dan dimensi sensasional dari sebuah agama," paparnya.
Ketua Fatayat NU, Hirni Kifa Hazefa mengatakan, program ini merupakan rangkaian kegiatan dakwah Rahmatan Lil Alamin di Fatayat.
Salah satu jalan dakwah yang ditempuh saat ini adalah dengan tulisan. "Karenanya, sangat penting untuk meningkatkan kemampuan dan kapasitas para da’iyah dalam kecakapan menulis," ujarnya.
Baca Juga: FDK UIN Bandung Gelar Seminar Prospek Profesi Jurnalis di Era Digital, Cerah atau Malah Madesu?
Perwakilan INFID, Hamdan Abdul Wahid mengatakan, kemudahan dalam menyampaikan informasi menjadi kekhawatiran jika disampaikan oleh orang yang tidak memahami isu terkait, khususnya dalam isu agama.
Informasi yang salah tentang suatu agama atau keyakinan dapat menimbulkan stigma negatif.