Replika inilah yang sedang disasar oleh pemerintah untuk setiap satuan pendidikan memiliki replika pembelajaran berbasis industri dalam bentuk _teaching factory_ (Tefa).
Kunci kedua ialah pendidikan vokasi akan efektif dan efisien apabila diajar oleh guru yang profesional di bidangnya. Melalui kegiatan upskilling dan reskilling guru vokasi yang diselenggarakan oleh unit pelaksana teknis (UPT) Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi ini, diharapkan para guru SMK dapat meningkatkan kemampuan dan mengembangkan potensi sesuai bidangnya.
Ke depan, untuk pengembangan guru vokasi tidak hanya dilakukan di dalam negeri, tetapi juga diarahkan untuk pengembangan guru vokasi selama 6 bulan sampai dengan 1 tahun di luar negeri.
“Ketiga, kita tidak boleh main-main dalam penyelenggaraan pendidikan vokasi. Kita terus berupaya mencari kelengkapan melalui Matching Fund, pembiayaan pemerintah daerah dan pemerintah pusat,” ucap Wardani.
Wardani menambahkan setiap SMK harus memperkokoh Tefa. Hal ini berlaku untuk SMK yang telah menerima program SMK Pusat Keunggulan dan SMK lain yang sudah memasuki proses pengembangan keunggulannya dalam kegiatan Tefa.
“Penguatan Tefa akan diproyeksikan untuk PKL (praktik kerja lapangan) siswa. Secara bertahap nanti kita bisa kembangkan di tahun 2025—2029. Selama lima tahun kita bisa mencapai 50% siswa PKL di Tefa-nya. Ini dorongan yang akan kita lakukan untuk lima tahun ke depan,” ucap Wardani.***