Pengeluaran per lulusan pendidikan tinggi terbilang cukup rendah, demikian halnya dengan anggaran untuk penelitian.
Karenanya, transformasi dilakukan pada pendidikan tinggi dan vokasi dengan menyasar tiga hal, yaitu 1) mengubah pendidikan yang sebelumnya kaku dan sulit bergerak, menjadi lebih terbuka terhadap inovasi,
2) mengembangkan pembelajaran yang terintegrasi dengan industri dan daerah, serta 3) membangun pendidikan juga menjadi lebih inklusif, aman dan memberdayakan.
“Pendidikan tinggi dan vokasi punya dampak tercepat dalam membangun SDM. Anak-anak yang keluar dari perguruan tinggi dan sekolah vokasi langsung terjun ke dalam lapangan kerja, hal tersebut berdampak langsung untuk memperbesar ekonomi Indonesia,” papar Nadiem.
Nadiem menerangkan, program-program Kampus Merdeka yang menjadi salah satu perwujudan dari pembelajaran yang terintegrasi, telah diikuti lebih dari 900 ribu mahasiswa dan lebih dari 14 ribu praktisi.
Platform Kampus Merdeka yang dikembangkan Kemendikbudristek juga telah menjadi sarana yang mempertemukan perguruan tinggi, mahasiswa, dan industri. Lebih dari seribu perguruan tinggi serta sekitar 1,2 juta mahasiswa dan 5.200 mitra industri telah bergabung ke dalam platform ini.