Dengan demikian, Kurikulum Merdeka kata dia, akan memberi kesempatan bagi semua peserta didik di Indonesia untuk menjadi pemelajar sepanjang hayat yang kompeten dan berkarakter Pancasila.
“Kurikulum Merdeka juga memberikan fleksibilitas dan dukungan bagi pendidik untuk bergotong-royong menciptakan pembelajaran berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan pelajar dan kondisi satuan pendidikan,” lanjut Nunuk.
Salah satu pembicara yakni Imam Firmanto, Guru SMA Negeri 20 Konawe Selatan, mengungkapkan, meskipun sekolahnya masih jauh dari kondisi ideal, tetapi mereka memilih untuk melakukan implementasi Kurikulum Merdeka secara mandiri karena melihat kondisi pendidikan siswa di daerah mereka timpang dengan daerah lain.
“Sekolah kami mengambil keputusan untuk mengimplementasikan Kurikulum Merdeka secara mandiri karena kami mengamati dari tahun ke tahun, input atau yang masuk ke sekolah kami dari sisi kognitif itu menengah ke bawah, baik dari sisi ekonomi,” kata Imam.
Ia menyampaikan bahwa kemampuan awal siswa sangat rendah, termasuk dari sisi karakter dan keterampilan sehingga membutuhkan ‘sentuhan’ dari guru-guru.
Kekurangan ini, menurut Imam, sangat sesuai dengan intisari atau karakter Kurikulum Merdeka dengan fleksibilitasnya, termasuk bagaimana mengakomodir kebutuhan peserta didik sehingga kebutuhan pembelajaran mereka dapat terpenuhi dan dapat mengejar ketertinggalan pembelajaran mereka.***
Ikuti terus dan share informasi Anda di media sosial Google News Jurnal Soreang, FB Page Jurnal Soreang, YouTube Jurnal Soreang, Instagram @jurnal.soreang, dan TikTok @jurnalsoreang