Pimpin G20 Bidang Kebudayan, Kemendikbudristek Tawarkan Jalan Kebudayaan untuk Hidup

- 29 April 2022, 06:18 WIB
Kemendikbudristek pada September 2022 akan memimpin Pertemuan Tingkat Menteri Kebudayaan G20 _(G20 Culture Ministers’ Meeting)_.
Kemendikbudristek pada September 2022 akan memimpin Pertemuan Tingkat Menteri Kebudayaan G20 _(G20 Culture Ministers’ Meeting)_. /Kemendikbud ristek /

JURNAL SOREANG- Kemendikbudristek pada September 2022 akan memimpin Pertemuan Tingkat Menteri Kebudayaan G20 _(G20 Culture Ministers’ Meeting)_.

Sebagai awal rangkaian kegiatan G20 di bidang kebudayaan menuju G20 _Culture Ministers’ Meeting_, Kemendikbudristek menggelar _1st Senior Officials Meeting_ (SOM) G20, pada Jumat 22 April 2022. Pertemuan ini akan diikuti oleh para delegasi dari Negara Anggota G20, negara undangan khusus, dan organisasi internasional secara daring.

Rangkaian kegiatan G20 bidang kebudayaan mengangkat tema “Kebudayaan untuk Hidup yang Berkelanjutan”.Kemendikbudristek dalam hal ini melakukan refleksi tentang situasi pascapandemi.

Baca Juga: Delegasi G20 Apresiasi Pelaksanaan The First Senior Officials Meeting (SOM) G20 Culture 2022

“Pandemi telah mengungkapkan kerentanan laten dalam gaya hidup modern kita. Kita tidak lagi berbicara tentang kemiskinan, ketidaksetaraan, ketidakadilan, tetapi tentang kelangsungan hidup manusia sebagai spesies. Untuk pulih bersama, dan pulih lebih kuat, kita membutuhkan gaya hidup baru yang lebih berkelanjutan,” kata Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid.

Disebutkan Hilmar Farid bahwa ada dua tujuan utama Kemendikbudristek mengambil kepemimpinan G20 bidang kebudayaan.

Pertama, untuk membangun konsensus global untuk normal baru yang berkelanjutan; dan kedua, menginisiasi agenda pemulihan global melalui pembentukan jaringan aksi bersama di bidang kebudayaan.

Baca Juga: Indonesia Jadi Sorotan di Dunia Global Khususnya G20 Bidang Pendidikan, Ini Masalahnya

Memimpin SOM G20 bidang kebudayaan perdana, Hilmar Farid mengatakan bahwa pertemuan ini akan fokus membahas peran budaya dalam mempromosikan kehidupan yang berkelanjutan.

“Pertemuan akan mengeksplorasi kemungkinan normal baru, yaitu transisi menuju kebijakan pembangunan yang lebih berorientasi pada keadilan sosial-ekologis berdasarkan keragaman sumber daya budaya,” tutur Hilmar dalam keterangannya di Jakarta, pada Jumat (22/4).

Hilmar menyebutkan akan ada lima isu utama yang dibahas dalam pertemuan ini. Pertama, mengenai peran budaya sebagai pendorong kehidupan berkelanjutan. Kedua, tentang dampak ekonomi, lingkungan dan sosial dari kebijakan berbasis budaya.

Baca Juga: Delegasi EdWG G20 Kunjungi Candi Borobodur dan Prambanan, Warisan Kebudayaan Indonesia

Ketiga, tentang _cultural commoning_ (pengelolan bersama atas sumber daya budaya) yang mempromosikan gaya hidup berkelanjutan di tingkat lokal.

Keempat, akses yang berkeadilan untuk peluang ekonomi budaya. Kelima, mobilisasi sumber daya internasional yang untuk mengarusutamakan pemulihan berkelanjutan dengan menginisiasi suatu mekanisme pendanaan untuk pemulihan seni dan budaya yang sangat terpukul selama pandemi.

Hilmar menjelaskan bahwa dalam mempromosikan gaya hidup baru ini, budaya memainkan peran penting. “Berbagai pengetahuan, institusi, ekspresi budaya, dan praktik yang kita warisi telah melewati ujian waktu sehingga terus dibawa ke zaman modern. Jika berbagai sumber budaya ini dikonsolidasikan, kita akan memiliki sarana untuk menciptakan gaya hidup yang lebih berkelanjutan,” ujar Hilmar.***

 

Editor: Sarnapi

Sumber: Kemendikbudristek


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah