Peringati Hari Kartini, Kemendikbudristek Perkuat Karakter Srikandi Indonesia Masa Kini, Ini Karakternya

- 24 April 2022, 09:23 WIB
Memperingati Hari Kartini yang jatuh setiap 21 April, Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) Kemendikbudristek melaksanakan nonton bareng (nobar) virtual film 3 Srikandi dan webinar Jumpa Sapa yang membahas tentang Profil Pelajar Pancasila, kesetaraan gender, inklusivitas, serta penuntasan kekerasan
Memperingati Hari Kartini yang jatuh setiap 21 April, Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) Kemendikbudristek melaksanakan nonton bareng (nobar) virtual film 3 Srikandi dan webinar Jumpa Sapa yang membahas tentang Profil Pelajar Pancasila, kesetaraan gender, inklusivitas, serta penuntasan kekerasan /Kemendikbud ristek /

JURNAL SOREANG- Memperingati Hari Kartini yang jatuh setiap 21 April, Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) Kemendikbudristek melaksanakan nonton bareng (nobar) virtual film 3 Srikandi dan webinar Jumpa Sapa yang membahas tentang Profil Pelajar Pancasila, kesetaraan gender, inklusivitas, serta penuntasan kekerasan seksual.

Kegiatan yang bertema “Dari Srikandi Untuk Kartini” ini bertujuan untuk mengingat kembali semangat emansipasi perempuan yang dulu diperjuangkan R. A. Kartini.

Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim menyoroti perjuangan R. A. Kartini yang kepeduliannya begitu besar terhadap pendidikan bagi kaum perempuan meski ia masih belia. Bahkan, ia menuliskan pemikirannya untuk menentang segala batasan yang menghalangi kemajuan perempuan di masa itu.

Baca Juga: Peringati Hari Kartini: Unpad dan Warga Coblong Panen Sayur dari Urban Farming? Simak Penjelasannya

“Selamat Hari Kartini. Mari, terus lanjutkan semangat perjuangan perempuan Indonesia. Maju terus Kartini masa kini,” ucapnya pada Jumat kemarin di hadapan 4.000 peserta yang menyaksikan secara daring melalui kanal YouTube Cerdas Berkarakter Kemendikbud RI.

Senada dengan itu, Franka Makarim juga sepakat bahwa semangat Kartini masa kini harus senantiasa hidup dalam diri perempuan Indonesia untuk berkontribusi bagi bangsa dan negara.

“Mari terus menguatkan untuk berkontribusi bagi sesama karena di tangan kitalah (perempuan) masa depan Indonesia,” imbaunya pada kesempatan yang sama.

Pelaksana tugas (Plt.) Kepala Pusat Penguatan Karakter (Kapuspeka) Kemendikbudristek, Hendarman menuturkan, Puspeka menggunakan momentum Hari Kartini untuk terus mengingat dan meresapi makna perjuangan Raden Ajeng Kartini dalam mewujudkan kesetaraan hak pendidikan bagi perempuan dan mendorong percaya diri perempuan dalam berkarier.

Baca Juga: Apa yang Kamu Tahu tentang Ibu Kartini? Kunci Jawaban Tema 7 Kelas 6 SD Halaman 16, 17, 19, 20, 21

Selain itu, ia berharap perayaan ini akan memicu kesempatan yang lebih besar bagi perempuan untuk berkarya, membangkitkan kualitas hidup perempuan, serta mengajak semua orang untuk turut terlibat berkolaborasi sesuai dengan kapasitasnya. Semata-mata untuk menghapus segala bentuk kekerasan terhadap perempuan sehingga mereka bisa hidup dalam situasi yang aman dan nyaman.

“Kita masih punya pekerjaan rumah untuk memastikan terciptanya kesetaraan perempuan dan laki-laki dalam hal akses, pelibatan, dan kepemimpinan di sektor pendidikan,” tutur Plt. Kapuspeka.

Kemendikbudristek telah dan akan terus memperjuangkan kesetaraan hak atas pendidikan. Terobosan-terobosan Merdeka Belajar yang saat ini sudah mencapai sembilan belas episode menekankan pada upaya menghadirkan pendidikan yang berkualitas untuk seluruh rakyat Indonesia, terlepas dari latar belakang sosial, ekonomi, dan gender.

Baca Juga: 20 Link Twibbon Selamat Hari Kartini Lengkap dengan Tutorial Cara Menggunakannya

“Dari cita-cita besar Merdeka Belajar tersebut, kami menerbitkan sejumlah aturan yang mendorong terwujudnya ruang belajar yang aman dan nyaman untuk semua,” tegasnya.

Melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 82 Tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan, Kemendikbudristek ingin mewujudkan PAUD serta sekolah dasar dan menengah yang bebas dari tiga dosa besar pendidikan, yaitu intoleransi, perundungan, dan kekerasan seksual.

“Sehingga seluruh peserta didik, baik perempuan maupun laki-laki, mendapatkan pengalaman belajar yang aman, nyaman, dan menyenangkan. Pendidiknya pun dapat menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar tanpa hambatan,” jelasnya.***

Editor: Sarnapi

Sumber: Kemendikbud Ristek


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x