22.000 Mahasiswa Program Kampus Mengajar Angkatan 2 Tahun 2021 Segera Mengabdikan Diri di 3.593 Sekolah

- 13 Agustus 2021, 07:15 WIB
Tangkapan layar pembukaan kampus mengajar. Sebanyak 22.000 mahasiswa akan mengajar di Ribuan sekolah untuk program kampus mengajar kedua.
Tangkapan layar pembukaan kampus mengajar. Sebanyak 22.000 mahasiswa akan mengajar di Ribuan sekolah untuk program kampus mengajar kedua. /Kemendikbud/

JURNAL SOREANG- Sebanyak 22.000 mahasiswa yang telah lulus menjadi peserta Kampus Mengajar Angkatan 2 dan segera mengabdikan diri membantu proses pembelajaran di SD dan SMP pada 2 Agustus 2021.

Sebelum para peserta diterjunkan ke sekolah, mereka diberikan pembekalan terlebih dahulu terkait pembelajaran literasi dan numerasi selama delapan hari.

Mendikbudristek, Nadiem Anwar Makarim, menyampaikan apresiasi kepada para mahasiswa yang turut berkontribusi dalam program ini. “Terima kasih sudah bergabung menjadi bagian dari program Kampus Mengajar. Ini luar biasa dan selamat atas keberhasilannya karena telah lulus seleksi. Ini bukan suatu seleksi yang mudah, karena ini juga bukan suatu aktivitas Kampus Merdeka yang mudah,” ujar Mendikbudristek pada acara puncak pembekalan Kampus Mengajar Angkatan 2 secara daring, baru-baru ini.

Baca Juga: Meski Masih Pandemi, FKIP Unpas Gelar KKN Tematik tahun 2021, Bisa Diganti dengan Ikut Program Kampus Mengajar

Menteri Nadiem menjelaskan tujuan dari program ini adalah untuk membantu pembelajaran bagi siswa, khususnya di daerah tertinggal agar tidak terjadi learning loss.

Menurutnya, masa pandemi ini banyak tantangan yang dihadapi terutama di daerah-daerah terdepan, terluar, tertinggal (3T) yang sebagian besar dari mereka mengalami kesulitan melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

Nantinya, 22.000 mahasiswa ini akan disebar ke 3.593 SD dan SMP di 491 kabupaten dan kota. "Ini adalah kesempatan yang luar biasa untuk membantu anak-anak yang akan menjadi tempat mengajar nantinya,” ungkap Menteri Nadiem.

Baca Juga: Mahasiswa Dipanggil untuk Mengabdi Melalui Kampus Mengajar, Ini Pengalaman Seru Mahasiswa Mengajar di Desa

Menteri Nadiem berharap para mahasiswa ini benar-benar mengikuti pembekalan atau pelatihan dengan sangat intensif selama delapan hari.

“Pelatihan ini akan memberikan panduan bagaimana cara paling optimal untuk meningkatkan numerasi, literasi, dan juga pendidikan karakter,” tuturnya.

Selain itu, Menteri Nadiem juga menyampaikan beberapa pesan kepada para mahasiswa. Pertama, agar para mahasiswa dapat memberikan yang terbaik bagi murid-murid di SD dan SMP, dengan program yang telah dibuat.

Kedua, mendorong mahasiswa untuk tidak takut mengambil resiko dan berani mencoba hal-hal baru di dalam pekerjaan baik sekolah maupun di luar sekolah.

Baca Juga: Kemendikbudristek Gelar Festival Kampus Merdeka dan Buka Kampus Mengajar Angkatan 2

“Berinteraksi dengan guru-guru atau masyarakat sekitar, dan pergi ke tempat-tempat di desa tersebut, dan yang terakhir nikmati proses dengan hati gembira, pastikan bahwa pengalaman ini yang akan anda kenang seumur hidup,” pungkasnya.

Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Paristiyanti Nurwardani mengungkapkan para mahasiswa sangat antusias dengan adanya program ini.

"Walaupun terdapat banyak persyaratan dan berbagai tahapan seleksi, namun tidak membuat surut semangat mahasiswa untuk tetap mendaftar,” tutur Paristiyanti.

Paristiyanti juga memberikan nama khusus bagi mahasiswa Kampus Mengajar Angkatan 2 ini dengan sebutan Mahasiswa Platinum.

Baca Juga: Wakafkan Hidupnya untuk Mengajar Ilmu Agama, Bupati Bandung: Guru Ngaji Akan Diperhatikan

“Platinum itu adalah logam paling mahal di dunia, jadi adik-adik adalah generasi paling muda dengan kualitas terbaik di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Mas Menteri sudah memberikan kepercayaan, jangan lupa untuk memberikan dedikasi dan integritas untuk kampus mengajar," tutur Paris.

Selanjutnya, Paris berharap dengan adanya 22.000 mahasiswa ini diharapkan dapat memacu kreativitas adik-adik siswa. Reaksi dan kedekatan murid-murid menjadi indikator keberhasilan mahasiswa dalam mentransformasikan program Merdeka Belajar kepada adik-adik pelajar SD dan SMP.

“Kedekatan Anda dengan murid itu juga menjadi tolok ukur, apakah Anda punya dampak atau tidak,” ungkapnya.

Baca Juga: Kisah Pengajar Al Quran di Inggris, Mereka Perlu Strategi Khusus saat Mengajar

Mahasiswa juga diharapkan dapat beradaptasi secara cepat dalam menghadapi rasa ketidaknyamanan karena budaya baru, bahasa baru, sosial ekonomi yang berbeda. Paris menuturkan, adaptasi atas ketidaknyamanan tersebut merupakan indikator bahwa para mahasiswa sedang belajar, bertumbuh, berevolusi sebagai orang dewasa muda.

“Jangan takut dengan rasa ketidaknyamanan, rangkul rasa ketidaknyamanan itu, karena dari situlah kita akan tumbuh sebagai orang baik dari sisi karakter atau dari sisi kompetensi kita,” jelasnya.***

Editor: Sarnapi

Sumber: Kemendikbudristek


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x