Kemendikbudristek: Aktualisasi Nilai-nilai Pancasila Bisa Cegah Kekerasan dan Ekstremisme di Kalangan Pelajar

- 5 Juni 2021, 05:45 WIB
Ilustrasi kekerasan. Kemendikbud ristek menggelar kampanye anti kekerasan di dunia pendidikan melalui webinar.
Ilustrasi kekerasan. Kemendikbud ristek menggelar kampanye anti kekerasan di dunia pendidikan melalui webinar. /Pixabay/Tumisu

JURNAL SOREANG- Kemendikbudristek melalui Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan, menggelar webinar nasional bertajuk “Melalui Peningkatan Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Kurikulum Pendidikan, Kita Cegah dan Tangkal Ekstremisme Berbasis Kekerasan Yang Mengarah Pada Terorisme”.

Acara diikuti 132 orang dari 23 provinsi di Indonesia yang   digelar secara hibrida, baik daring dan luring  dibuka Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan, Anindito Aditomo.

Fokus webinar adalah menggali konsep dan pemikiran dari para pakar, praktisi, dan akademisi yang hadir, sehingga dapat dijadikan bahan penyusunan naskah kajian dan pedoman implementasi untuk seluruh satuan pendidikan terkait penguatan aktualisasi nilai-nilai Pancasila.

Baca Juga: Presiden Jokowi Disurati Pimpinan Hamas, Minta Umat Muslim se-Dunia Hentikan Kekerasan Israel

Anindito menyampaikan  Pancasila adalah pemikiran luar biasa para pendiri bangsa. Nilai-nilai Pancasila perlu diwariskan dan perlu diperkuat, agar siswa-siswa tidak hanya hafal namun dapat mengamalkan nilai-nilai Pancasila.

"Seperti menghayati akhlak mulia kepada agama, negara, alam, serta menghayati kemanusiaan, nilai-nilai demokrasi untuk mufakat, menghayati keadilan sosial, serta keberpihakan kepada yang lemah dan dipinggirkan,” tutur Anindito dalam pernyataannya, Rabu, 2 Juni 2021.

Anindito menilai, upaya memunculkan nilai-nilai Pancasila di sekolah salah satunya dapat dilakukan dengan model pembelajaran yang lebih aplikatif.

“Yaitu dengan perbaikan isi pembelajaran Pancasila dan Kewarganegaraan, proyek-proyek yang menerapkan pengalaman langsung, serta difusi dengan mata pelajaran (mapel) lainnya,” imbuhnya.

Baca Juga: Perdana Menteri Israel Bersikeras Tidak Akan Mengehentikan Kekerasan Terhadap Warga Palestina Di Gaza

Asesmen Nasional merupakan upaya berikutnya, yang tidak hanya mengukur aspek kognitif, namun mengukur aspek lingkungan belajar yang meliputi juga nilai kebinekaan di sekolah, termasuk toleransi serta iklim kebinekaan dan inklusivitas.

Pemakalah dan pembahas yang hadir dalam acara webinar nasional ini, yaitu: Irene Camelyn Sinaga dari Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Heri Santoso dari Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada, Suaib Tahir dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Libasut Taqwa dari Wahid Foundation, Endang Purwaningsih dari Kementerian Pertahanan, Eka Endamia Surbakti dari Kementerian Dalam Negeri, M. Abdullah Darraz dari Pengurus Pusat Muhammadiyah, Kolonel Dwi Ari dari Dewan Ketahanan Nasional, Suwendi dari Kementerian Agama, Halili Hasan dari Setara Institute, dan Satriwan Salim dari Perhimpunan Pendidikan dan Guru.

Berdasarkan paparan dari para pemakalah dan pembahas, diperoleh sejumlah rekomendasi umum. Yakni, pencegahan ekstremisme berbasis kekerasan di lingkungan pendidikan bukan saja tanggung jawab guru, tetapi juga keluarga.

Baca Juga: Hendak Tawuran Jelang Sahur, Puluhan Remaja di Depok Berikut Barang bukti Diamankan Polisi di Dua Lokasi

Halaman:

Editor: Sarnapi

Sumber: Kemendikbud


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x