Lebih Baik Pakai Kata Belajar di Rumah daripada Belajar dari Rumah, Ini Alasannya

21 November 2020, 20:19 WIB
ANAK TK Desa Kalinusu. /DOK. KODIM 0713 BREBES/

JURNAL SOREANG- Pembelajaran jarak jauh sejak pandemi pada Maret lalu tentu saja berdampak luas. Sebagian anak merasa stres saat harus melakukan kegiatan belajar secara daring lantaran penyampaian pembelajaran yang kurang tepat .

Menurut psikolog anak Seto Mulyadi atau yang akrap dipanggil Kak Seto, pola pikir pertama yang harus diubah adalah mengganti istilah "belajar dari rumah" menjadi "belajar di rumah" bersama keluarga.

"Belajar di rumah sebisa mungkin diterapkan pada anak-anak usia dini atau yang berada pada tingkatan TK," kata Kak Seto seperti dikutip ANTARA, baru-baru ini.

Baca Juga: KPAI Dukung Sekolah Tatap Muka TA. 2021 Mendatang, Tapi Ini Syaratnya

Dia juga menganjurkan mengganti istilah belajar jarak jauh menjadi belajar jarak dekat bersama dengan ayah dan bunda di rumah.

"Ada anak TK dari pukul 7.00 sampai pukul 12.00 menatap ke layar, akhirnya pusing tujuh keliling. Stres dan marah-marah, akhirnya malah benci belajar," kata Kak Seto

Materi pelajaran dari guru disampaikan ke orangtua dan orangtua yang menyampaikan kepada anak-anak dengan gaya masing-masing. "Hal yang penting adalah kompetensinya," ujar Kak Seto melanjutkan.

Baca Juga: Al Ma'soem Berikan Obat Atasi Kejenuhan Siswa

Ada lima inti penting dari kurikulum yaitu etika, estetika, ilmu pengetahuan, teknologi, nasionalisme dan kesehatan. Kelima hal tersebut harus disampaikan dengan ramah, kreatif dan penuh dengan rasa persahabatan kepada anak sehingga bisa mencapai hasil yang optimal.

"Anak usia dini diajak, 'Ayo belajar' nanti dia akan melawan tapi coba, 'Ayo kita bermain'. Jadi bermain gembira karena dunia anak adalah bermain. Melalui bermain ya belajar, belajar etika soal sopan-santun, menghormati orang lain, bekerja sama," ujar Kak Seto.

Pada poin ilmu pengetahuan dan teknologi diberikan kepada anak secara bertahap sesuai dengan perkembangan usianya. Orangtua diharapkan tidak memaksakan anak untuk menguasai semua kurikulum pendidikan terlebih pada anak TK.

Baca Juga: Kemkominfo Gelar Seleksi Pengguna Pita Frekuensi 5G. Ini syarat nya:

"Yang paling utama adalah suasananya gembira, dunia anak adalah bermain dan gembira. Kalau semuanya atas nama kurikulum, semua serba harus bisa, nanti tidak sesuai dengan kejiwaannya," kata Kak Seto.***

Editor: Sarnapi

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler