Kisah Inspiratif Para Mahasiswa yang Ikut Kompetisi IPA dan Matematika Kala Pandemi

3 Agustus 2021, 21:39 WIB
Kemendikbudristek melalui Pusprenas Umumkan Juara Kompetisi Nasional Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (KNMIPA) Nasional 2021. /Kemendikbud/

JURNAL SOREANG- Kompetisi Nasional Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (KNMIPA) Tingkat Nasional Tahun 2021 telah usai digelar, pada tanggal 27 s.d. 30 Juli lalu, secara daring, oleh Pusat Prestasi Nasional, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sebanyak 260 finalis mahasiswa seluruh Indonesia telah bertanding memperebutkan 25 medali.

“Pandemi memang masih mengharuskan lomba digelar secara daring, tetapi tidak menyurutkan semangat para mahasiswa yang punya berbagai cerita perjuangan mengikuti KNMIPA, dari seluruh Indonesia,” tutur Pelaksana tugas (Plt) Kepala Pusat Penguatan Karakter, Asep Sukmayadi, usai penutupan KNMIPA 2021, Jumat lalu, 30 Juli 2021.

Finalis Bidang Lomba Matematika dari Universitas Tanjungpura, Pontianak, Regita Verensia, mengaku sebelumnya tidak mau masuk jurusan matematika saat ingin masuk universitas.

Baca Juga: Kemendikbudristek Umumkan Juara Kompetisi Nasional Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (KNMIPA) Nasional 2021

“Tapi ujung-ujungnya selalu kembali ke matematika. Akhirnya saya suka Matematika,” ungkap mahasiswi 20 tahun ini.

Lain halnya dengan Finalis Matematika Ferdi asal Universitas Hasanuddin, Makassar. Ia menyukai matematika sejak Sekolah Dasar. “Saya juga punya tokoh matematika yang saya kagumi dari Rusia, namanya Grigori Perelman,” ucap pemuda 17 tahun ini.

Andi Khaerunnisa, Finalis Biologi dari Universitas Muslim Maros, Sulawesi Selatan, mengaku sejak SMA mencintai biologi. “Makanya saya melanjutkan kuliah Pendidikan Biologi, orang tua juga menyarankan,” ucap gadis yang akrab dipanggil Nisa ini.

Senada dengan Nisa, Finalis Biologi Kenny Jonathan dari Universitas Surabaya, mengatakan, “Ketika di SMA ikut lomba, saya sadar ada kombinasi menarik antara biologi dengan teknologi, yaitu bioteknologi. Seperti Tes PCR, itu contoh bioteknologi. Mungkin, 20 tahun ke depan, prospek industri bioteknologi makin bagus”.

Baca Juga: Kemendikbudristek Gelar Kompetisi Nasional Matematika dan IPA 2021 bagi Mahasiswa

Finalis Fisika asal Universitas Udayana, I Made Putra Arya Winata, juga mengaku menyukai fisika sejak SMA. “Topik yang menarik misalnya fisika kuantum, fisika statistik, dan fisika modern,” ucap Arya yang kini duduk di Semester 5 Tehnik Mesin.

Sementara itu, Wenny Angeliana, Finalis Fisika asal Fakultas Teknik Industri, Universitas Katolik Musi Charitas, mengatakan dirinya mendalami fisika berkat pertemuannya dengan guru fisika yang menyenangkan di bangku SMA.

“Guru saya menjelaskan sambil cerita zaman dia kuliah di Jurusan Fisika. Itu yang membuat saya tertarik, penjelasan beliau mudah dipahami,” jelas Wenny lulusan SMA Xaverius 1 Palembang.

Muhammad Yusrizal, Finalis Bidang Kimia yang merupakan Mahasiswa Teknik Kimia asal Universitas Bung Hatta, Sumatera Barat, mengaku bercita-cita bekerja di pertambangan dan memilih teknik kimia agar punya ilmu yang luas.

Baca Juga: Tiktokers Ayo Merapat! Pemerintah Gelar Kompetisi Tiktok #CeritaSalingBantu

Sementara Mahasiswi Kimia Sains, Universitas Papua, Herliana Asso, menilai Papua menyimpan Sumber Daya Alam (SDA) yang dapat dimanfaatkan.

“Saya ingin terlibat penelitian yang nantinya bisa mengembangkan SDA di Papua,” ucap Herliana. Rizal dan Herliana pun merantau dari kabupaten asal untuk menempuh pendidikan tinggi di wilayah lain. Herliana merantau dari Sorong untuk kuliah di Manokwari, sedang Rizal merantau dari Kabupaten Pesisir Selatan ke Kota Padang.

Terkait tantangan berkompetisi masa pandemi, Finalis Fisika Arya menilai, harus ada pengorbanan sedikit. "Saya harus beli kuota lebih dan harus pinjam komputer saudara yang lebih kencang, supaya lebih lancar lombanya,” jelas Arya.

Ia juga mengaku dirinya belajar dengan metode 25 menit belajar dan lima menit istirahat, sehingga pikirannya lebih segar dengan jeda rehat.

Baca Juga: Ajang Seleksi Kompetisi Nasional Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (KNMIPA) Tingkat Wilayah Kembali Digelar

Menanggapi laju ke tingkat nasional, Finalis Matematika Ferdi mengaku dirinya tidak menyangka akan lolos ke tingkat nasional, karena Ia mahasiswa tahun pertama dan belum mendalami materi kompetisi level nasional.

Sedangkan, para kompetitornya lebih senior mulai dari mahasiswa angkatan 2017 hingga 2019. Namun, ketika lolos ke nasional, para dosen dan senior Ferdi di universitas sigap membantu. “Mereka mengajak diskusi dan berbagi pengalaman lomba,” ucap Ferdi mengapresiasi.

“Ketika lulus ke nasional, saya sangat senang. Dari 1.175 yang diseleksi se-Indonesia, saya termasuk satu dari 65 Finalis Matematika,” ungkap Ferdi yang mengaku gembira bisa bertanding sportif dengan teman-teman dari seluruh Indonesia.

Begitu pula Regita dan Kenny, awalnya tidak berharap banyak bisa masuk ke tingkat nasional. “Tapi ketika coba buka pengumuman, ternyata ada nama saya. Terharu, tidak menyangka,” ujar Regita. 

Baca Juga: Top, Empat Tim Mahasiswa Indonesia Juarai Kompetisi Internasional Inovasi Kendaraan Hemat Energi 2021

Sementara itu, Finalis Biologi Nisa mengaku KNMIPA 2021 adalah kali ketiga baginya. “Tapi, baru kali ini saya sampai lulus ke nasional. Saya tidak banyak berharap lulus, saya hanya berusaha semaksimal mungkin. Saya penasaran, kenapa dua kali mencoba belum tembus ke nasional. Almarhum Ayah saya pensiunan PNS dan Ibu saya bekerja rumah tangga. Saya ingin membanggakan keluarga,” ucap anak kedua dari dua bersaudara ini yang amat bersyukur didukung keluarga dan kampusnya.

Mengatasi rasa khawatir dalam kompetisi, Ferdi mengaku dirinya memilih berdoa dan mengerjakan hal lain. “Mengalihkan pikiran, agar tidak tegang,” ucap dia. Ferdi pun mengaku harus berpisah sementara dari keluarga di Bone untuk mengikuti kompetisi di kampusnya di Kota Makassar.

Kendala yang dihadapi peserta hampir seragam. Hampir seluruh finalis ini mengikuti lomba dari rumah atau kos. Herliana, Rizal, dan Nisa mengaku tantangan terbesar lomba daring adalah jaringan internet.

Baca Juga: Fakultas Saintek UIN SGD Bandung Akan Gelar Kompetisi Riset Bertaraf Internasional Secara Virtual

“Jaringan kadang macet dan hilang, apalagi saya ikut lomba dari rumah,” ucap Nisa. Senada dengannya, Kenny mengatakan, “Saya pasang wi-fi di rumah. Harus ada rencana B kalau wi-fi putus, yaitu harus punya kuota,” ucap Kenny.

Rizal, yang mengikuti lomba dari kos, juga mengaku khawatir tiba-tiba listrik padam. “Tapi alhamdulillah, tidak kejadian dan lancar-lancar saja. Pas tingkat wilayah, ikut lomba di kampus. Tetapi, tingkat nasional ini di kos karena PPKM diberlakukan di Kota Padang. Saya pakai paket data pribadi,” ucap Rizal yang berharap agar semakin banyak apresiasi dan bantuan bagi para mahasiswa berprestasi.***

Editor: Sarnapi

Sumber: Kemendikbudristek

Tags

Terkini

Terpopuler