Para Siswa Madrasah dan Pesantren Zaman 'Now' Juga Harus Punya Kemampuan 'Computational Thinking'

17 Februari 2021, 06:55 WIB
Dirjen Pendidikan Islam Kemenavg, Prof. Dr. M. Ali Ramdani menekankan pentingnya penguasaan computational thinking di pesantren dan madrasah.* /HUMAS UIN SGD/

JURNAL SOREANG- Siswa pesantren dan madrasah tak boleh ketinggalan dalam bidang IPTEK. Untuk itu, Bebras Biro UIN Sunan Gunung Djati (SGD) mengadakan seminar bertajuk “Madrasah Hebat Bermartabat melalui Computational Thinking (CT)” yang dilaksanakan via aplikasi Zoom dan live Youtube.

Kegiatan ini diinisiasi dan kolaborasi antara dosen-dosen relawan CT dari Fakultas Sains dan Teknologi (FST), Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UIN SGD merupakan langkah awal memperkenalkan pentingnya Computational Thinking (CT) di dunia pendidikan era Industri 4.0 dan Society 5.0, khususnya untuk guru-guru Madrasah dan Pondok Pesantren (Pontren) di wilayah Jawa 1.

Rektor UIN SGD, Prof. Dr. H. Mahmud, M.Si meyakini program CT yang dicanangkan menyempurnakan prestasi Madrasah yang saat ini bukan lembaga yang biasa tetapi sebuah lembaga pendidikan yang luar biasa.

Baca Juga: Akibat Pejabatnya Terpapar Covid Hingga Kantor Kemenag Tutup, BAZNAS Kabupaten Bandung Kirim Tim Disinfektasi

"Pesantren dan madrasah bisa mengimplementasikan pesan-pesan dari Undang-Undang, dengan tetap mengutamakan iman dan takwa serta ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)," ujarnya, dalam rilis, Selasa, 16 Februari 2021.

Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama, Prof. Dr. H. Muhammad Ali Ramdhani, S.TP., MT turut hadir memberikan arahan dalam kegiatan ini.

“Madrasah memiliki kemampuan dan potensi yang mempuni, ketika diasah bukan hanya ruang lokal, tetapi pada ruang global juga menjadi orang-orang hebat. Misi besar kita salah satunya mengarahkan anak bangsa untuk memiliki kemampuan computational thinking yang sangat baik.” tuturnya.

Seminar yang dihadiri lebih dari 160 guru-guru Madrasah dan Pontren menghadirkan 4 narasumber, antara lain Prof. Dr. Chaerul Roochman, M.Pd yang menyampaikan materi “Program Computational Thinking untuk Madrasah dan Pontren”, dan Dindin Nasrudin, M.Pd yang menyampaikan “Pendidikan di Era Industry 4.0 dan Society 5.0”.

Baca Juga: DPR dan Kemenag Optimistis Haji Tahun 2021 Bisa Dilaksanakan. Pembahasan BIaya Haji di Januari 2021

Pembicara lainnya Dr. Yana Aditia Gerhana, S.T., M.Kom yang memaparkan “Pengenalan Computational Thinking dan Informatika”, serta Nur Lukman ST., M.Kom yang memperkenalkan “Bebras, Bebras Challange, dan Gerakan PANDAI”.

Prof. Chaerul mengatakan,
menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul di era transformasi digital menjadi salah satu dasar pentingnya CT untuk peserta didik.

“CT sebagai pola berfikir sistematis dalam problem solving menjadi akselerasi berfikir untuk menguasai masa depan, karena itulah perlu segera bergerak men-CT-kan Madrasah dan Pontren, khususnya di Jawa Barat, yang memiliki potensi luar biasa,” paparnya.

Baca Juga: Ini Hikmah Harus Isolasi Mandiri Akibat Covid-19 Menurut Kepala Kanwil Kemenag Jabar

Sedangkan Dindin Nasrudin mengatakan, respon dunia pendidikan di era Industri 4.0 dan Society 5.0 tidak hanya 4 C (Critical Thinking, Creativity, Collaboration, dan Communication), tetapi sekarang bertambah 2 C.

"Yaitu Computational Thinking dan 1 C lagi adalah Character," katanya.***

Editor: Sarnapi

Tags

Terkini

Terpopuler