JURNAL SOREANG - Tragedi Stadion Kanjuruhan Malang menjadi titik paling mengenaskan dalam jatuhnya ratusan korban suporter Arema FC pada Sabtu 1 Oktober 2022 lalu.
Tercatat, 131 korban meninggal dalam kericuhan di Stadion Kanjuruhan yang telah terverifikasi pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Malang.
Tembakan gas air mata hingga berdesak-desakan diyakini sebagai pemicu banyaknya suporter yang tewas di Stadion Kanjuruhan Malang malam itu.
Baca Juga: Tragedi Kanjuruhan Malang, TGIPF Minta Semua Liga Sepakbola Dihentikan Sementara
Atas kejadian tersebut, sang penghuni stadion yaitu Arema FC, mendapat sanksi tidak boleh menggelar laga kandang selama satu tahun, hukuman yang dianggap ringan oleh banyak pihak.
Terlepas dari apapun, sebelum adanya tragedi mengenaskan pada malam itu, jauh-jauh hari sebelumnya pihak Arema telah mencanangkan akan melakukan ranovasi terhadap stadion yang telah dibuka pada tahun 2004 itu.
Dikutip dari akun Instagram stadiuminfrastructure, konsep desain untuk desain renovasi Stadion Kanjuruhan Malang memiliki wacana konsep desain yang futuristik.
Dalam sebuah desain yang ditampilkan pada tahun 2021, rencananya Stadion Kanjuruhan nantinya akan memiliki atap yang bisa buka tutup.
Nahas, project belum dimulai, tragedi pahit sudah menimpa stadion berkapasitas 30.000 penonton ini.
Pasca insiden yang telah merenggut ratusan korban suporter itu, banyak yang akhirnya berkomentar kembali terhadap wacana renovasi tersebut.
Baca Juga: Ide Bisnis Rumahan Jajanan Murah 'Sandwich Stroberi' Dijual 2000-an Laku Keras Nih Moms!
Ada yang menganggap bahwa lebih penting bagi Arema untuk sebaiknya membuatkan monumen untuk mengenang peristiwa 1 Oktober 2022 lalu.
Terlebih, muncul beberapa kabar yang mengatakan bahwa pasca tragedi, Stadion Kanjuruhan Malang telah berubah menjadi angker.
Akan tetapi, banyak pihak juga yang percaya bahwa sebagus atau semodern apapun bangunan stadion, harus juga dilengkapi dengan jaminan keamanan serta keselamatan bagi para penonton.
Bukan cuma harus menerapkan sistem gate point yang memadai, tetapi juga harus melibatkan SDM yang paham terhadap pengendalian pertandingan.
Misalnya, jangan pernah ada lagi pertandingan dengan memasukan penonton lebih banyak ketimbang kapasitas (over capacity), hal ini menjadi salah satu potensi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
Masih banyaknya oknum-oknum panpel yang sengaja menjual tiket lebih banyak demi mendapat keuntungan besar harus benar-benar diberantas.
Baca Juga: Tragedi Kanjuruhan Malang, 29 Saksi Diperiksa Tim Penyidik Gabungan, Siapa Saja?
Selain itu, sistem penerapan regulasi berstandar FIFA yang mengacu pada pasal Safe and Security, harus benar-benar diterapkan, tidak boleh tidak.
Pasalnya, tragedi Kanjuruhan lalu disinyalir karena adanya kesalahan dalam penerapan regulasi pengamanan pertandingan, baik itu dari kepolisian maupun operator pertandingan.
***