Kemudian, disusul beberapa Aremania lain juga ikut turun dan mengungkapkan kekecewaannya kepada pemain.
Setelah itu tiba-tiba, ribuan penonton berhamburan ke lapangan diikuti dengan pelemparan benda-benda ke lapangan.
“Suporter semakin tidak terkendali,” tulisnya lagi.
“Pihak aparat juga melakukan berbagai upaya untuk memukul mundur para suporter. Yang menurut saya perlakuannya sangat kejam dan sadis. Dipentung dengan tongkat panjang, satu suporter dikeroyok aparat, dihantam tameng, dan banyak tindakan lainnya,” tulis Rezqi lagi.
Lantas, suporter lantas menyerang aparat lalu dibalas dengan berondongan tembakan gas air mata.
Bahkan ada juga polisi yang langsung menembakkan gas air mata ke arah tribun penonton. Khususnya di dekat pintu 10.
“Para suporter yang panik karena gas air mata, semakin ricuh di atas tribun. Mereka berlarian mencari pintu keluar, tapi sayang pintu keluar sudah penuh sesak karena para suporter panik terkena gas air mata,” tulis Rezqi.
“Banyak ibu-ibu, orang-orang tua, dan anak-anak kecil yang terlihat sesak tidak berdaya. Tidak kuat untuk ikut berjubel agar bisa keluar dari stadion. Terlihat mereka sesak karena terkena gas air mata, seluruh pintu keluar penuh dan terjadi macet.” tulisnya lagi.