JURNAL SOREANG - Lifter senior Indonesia Nurul Akmal, gagal mengikuti kesuksesan juniornya Windy Cantika Aisah setelah tak mampu meraih medali di kelas +87kg cabor angkat besi Olimpiade Tokyo 2020, Senin 2 Agustus 2020.
Namun torehan lifter kelahiran Banda Aceh 12 Februari 1993 itu terbilang cukup baik, karena ia menempati urutan kelima dengan total angkatan 256 kilogram dari Snatch 115 kilogram dan C&J 141 kilogram.
Mersi gagal bersaing dengan lifter China Li Wenwen, Emily Jade Campbell (Inggris), Sarah Elizabeth Robles (AS) dan Lee Seon Mi (Korea Selatan), Nurul setidaknya mampu mengungguli lima lifter lain Charisma Amoe-Tarrant (Australia), Veronica Estela Saladin Tolentino (Dominica), Kuinini Juanita Mechteld Manumua (Tonga), Sarah Fischer (Austria) dan Laurel Hubbard (Selandia Baru).
Dari semua lawan-lawan tersebut, lawan terberas di kelas +87kg sebenarnya adalah Laurel Hubbard yang sempat menuai kontroversi karena ia merupakan seorang transgender.
Dengan fisik yang lebih mirip seorang laki-laki, Hubbard sempat menjadi momok menakutkan bagi lawan-lawannya.
Namun berkat kekuatan mental, Hubbard sendiri justru melakukan kesalahan sehingga ia finish di urutan terbawah.
Baca Juga: Laurel Hubbard akan Catat Sejarah Sebagai Atlet Transgender Pertama di Olimpiade Tokyo 2020
Ya, Hubbard merupakan salah satu lifter yang diunggulkan dan menjadi saingan terberat bagi Li Wenwen dalam perebutan medali emas kelas tersebut.
Beruntung, Wenwen mampu merusak mental Hubbard saat ia mematok 130 kilogram sebagai percobaan pertama angkatan snatch.
Hal itu membuat Hubbard terpancing dan mamatok angkatan pertama snatch sebeart 120 kilogram atau sama dengan lifter AS Sarah Robles.
Baca Juga: Laurel Hubbard akan Catat Sejarah Sebagai Atlet Transgender Pertama di Olimpiade Tokyo 2020
Namun di saat Sarah berhasil mengangkat beban tersebut, sedangkan Hubbard justru gagal.
Di percobaan kedua, Sarah pun menaikan beban menjadi 125 kilogram, sehingga Hubbar terpancing dan ngotot untuk mengikutinya meski seharusnya ia tetap di 120 kilogram karena belum berhasil.
Namun juri tampaknya memberikan kesempatan kepada Hubbard untuk menaikan beban, yang justru menjadi petaka karena ia kembali gagal di percobaan kedua dan ketiga snatch.
Sesuai aturan, Hubbard pun dinyatakan gugur karena tak mampu menyelesaikan angkatan Snatch.
Ia pun harus puas di urutan terakhir karena tak bisa mengikuti sesi angkatan C&J.
Diberitakan sebelumnya, penampilan Hubbard sudah menjadi perdebatan sejak sebelum ia berlaga pada Olimpiade Tokyo 2020.
Dikutip dari SkyNews, Laurel sebelumnya merupakan seorang laki-laki.
Namun atlet kelahiran 9 Februari 1978 itu kemudian menjalani operasi perubahan kelamin menjadi perempuan, pada 2021 lalu.
Protes keras bahkan pernah dilayangkan oleh atlet legendaris Caitlyn Jenner, Martina Navratilova hingga Sharron Davies.
Mereka menentang keras atlet yang pernah terlahir sebagai laki-laki, tampil dalam kelas putri di ajang olahraga prestasi.
Meskipun demikian, Komite Olimpiade Internasional atau International Olympic Committee (IOC) memutuskan untuk tetap mengizinkan Laurel untuk tampil berdasarkan torehan prestasinya di sejumlah ajang kualifikasi.
Namun kegagalan Hubbard membuktikan bahwa olahraga tidak mengenal gender.
Siapapun yang berlatih keras dan memiliki mental baja, akan menjadi pemenang.
Kekuatan mental lah yang mungkin menjadi kendala bagi Hubbar di Olimpiade Tokyo 2020, karena sebenarnya pada kelas +87kg, angkatan terbaik totalnya mencapai 285 kilogram dengan angkatan terbaik snatch 131 kilogram dan angkatan terbaik C&J 154 kilogram.
Meski belum bisa mengalahkan Li Wenwen yang mencatat rekor total angkatan 320 kilogram dari snatch 140 kilogram dan C&J 180 kilogram, setidaknya catatan itu sedianya bisa membuat Hubbar meraih medali perak.***