JURNAL SOREANG- Unjuk rasa yang menimbulkan kerumunan masyarakat yang berlangsung belum lama ini ternyata berpengaruh kepada perpanjangan masa pandemi Covid-19. Dari hasil penelitian perpanjangan dampak pandemi itu bisa sampai dua bulan lebih lama di Indonesia.
Hal ini dikatakan pakar bioteknologi mikroba, Dr. Intan Taufik, seperti dikutip dari Senin, 2 November 2020. Hasil yang hampir sama juga dari perhitungan sebuah aplikasi yang dibangun tim ahli Institut Teknologi Bandung (ITB) PREMISE.
Seperti diketahui, belum lM knj aksi demonstrasi menolak Undang-Undang Omnibus Law Cipta Kerja (#TolakOmnibusLaw) pada 6 Oktober 2020 dan demonstrasi satu tahun pemerintahan Joko Widodo-Ma'ruf Amin pada 20 Oktober 2020. Aksi ini berlanjut dengan penolakan penetapan upah minimum yang dianggap merugikan kaum buruh.
Baca Juga: Setahun Dilantiknya Jokowi, Buruh Kembali Berunjuk Rasa
Menurur Intan Taufik, dua demonstrasi tersebut selalu diikuti lonjakan kasus positif dan angka kematian akibat Covid-19 di wilayah yang mengalaminya.
“Dengan adanya keramaian seperti unjuk rasa, maka kalau dari data yang didapat ternyata menghasilkan lonjakan pasien positif yang tervalidasi dengan tes dan di luar perkiraan normal atau rata-rata," kata Intan.
Kondisi tersebut memiliki dampak beruntun (domino effect) dan menaikkan kurva kenaikan kasus Covid-19.
Baca Juga: Meski Buruh Ini Paling Rendah Upahnya, tapi Tidak Ada yang Memperjuangkan
"Otomatis ketika kurva naik, maka melandai atau menurunnya kasus/pandemi akan semakin panjang,” ujar staf pengajar di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB itu.