Network
JURNAL SOREANG - Salah satu megaproyek yang dibangun di Indonesia adalah Jalan Tol Trans Sumatera. Sejatinya, rencana pembangunan tol yang dibuat untuk Pulau Sumatera itu sudah diwacanakan oleh era Susilo Bambang Yudhoyono saat menjadi presiden Indonesia di periode kedua. Namun rencana itu hanya wacana semata karena banyak rintangannya, mulai dari pembebasan lahan, hingga kerugian yang dialami.
Saat di era awal pemerintahan presiden Jokowi, proyek Jalan Tol Trans Sumatera ini mulai ada kejelasan. Singkat cerita, dimulai beberapa pembangunannya di beberapa daerah, seperti di Sumatera Selatan, yaitu Tol Palembang - Indralaya, dan di Sumatera Utara, yaitu Tol MKTT (Medan - Kuala Namu - Tebingtinggi). Kini, beberapa tol bagian dari Jalan Tol Trans Sumatera sudah beroperasi. Bahkan ada beberapa ruas tol yang merupakan bagian dari Jalan Tol Trans Sumatera yang sebentar lag akan beroperasi.
Meski begitu, proyek terbesar di Pulau Sumatera itu masih menyisakan PR bagi capres (calon presiden) yang nantinya terpilih menjadi Presiden Indonesia selanjutnya pada pemerintahan tahun 2024-2029.
Diantaranya pembebasan lahan yang terhambat, belum ada kejelasan dari pembangunan beberapa ruas tol, hingga mindset beberapa penduduk yang negatif.
Meski pada awalnya memberikan dampak negatif, efek positif dari hadirnya Jalan Tol Trans Sumatera sudah mulai terasa.
Pembangunan jalan tol ini merupakan salah satu cara pemerintah dari sekian banyak yang dilakukan pemerintah untuk memajukan dan meningkatkan daya saing Indonesia.
Kini, beberapa ruas Jalan Tol Trans Sumatera sudah beroperasi di hampir seluruh provinsi yang ada di Pulau Sumatera. Meski dampak positif sudah mulai terasa, namun sayangnya, Jalan Tol Trans Sumatera tidak tersambung secara penuh di tahun 2024. Bagaimana ketiga capres yang akan berlaga pada Pilpres 2024 menyikapinya?
