Sejumlah gempa susulan yang sampai 47 kali itu guncangannya sama sekali tidak dapat dirasakan manusia, tetapi dapat terdeteksi dan tercatat di peralatan.
Menurut Dwikorinta, kerusakan akibat gempa Bantul ini mengikuti pola kondisi gografis setempat. Contohnya, ada di desa Bangunjiwo.
Baca Juga: Sri Sultan Kunjungi Korban Gempa Bantul di Bangunjiwo
Mengapa Bangunjiwo tingkat kerusakannya tertinggi di antara desa lainnya di Bantul, hal itu karena lokasinya berada di daerah ketinggian.
“Kami melakukan pemetaan sesuai pola kondisi setempat, jadi kondiis tanah di sini kan berada di ketinggian, jadi kerusakan akibat gempa tidak merata tapi mengikuti pola, katanya.
BMKG melakukan pemetaan dampak gempa Bantul dan terdapat zona-zona rusak di sepanjang endapan Sungai Opak dan Sungai Oya yang melintasi Daerah Istimewa Yogyakarta.