Dari sisi pelaksanaan Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting, sebetulnya menurut Eka, sama saja, yang berbeda hanya pendekatannya saja. Karena dari sisi karakteristik penduduk tentu berbeda, Jabar lebih heterogen dibandingkan Jateng.
Sedangkan dalam PPS, menurutnya Semarang dan Demak misalnya, sudah tepat menjadi tujuan studi tiru karena prevalensi stunting di Semarang merupakan wilayah dengan prevalensi stunting terendah di Jawa Tengah, berdasarkan data SSGI terakhir.
“Banyak inovasi yang luar biasa di sana dalam percepatan penurunan stunting. Ada Rumah Pelita Day Care (Rumah Penanganan Stunting Lintas Sektor Bagi Baduta), dimana ketika di wilayahnya ada bayi teridentifikasi berisiko dan stunting, maka diberikan perawatan penuh, mulai dari parenting bagi keluarganya, anaknya diberi makanan bergizi, dari pagi sampai sore diberikan penanganan. Sampai kapan? Sampai anak tersebut dinyatakan terbebas dari stunting”, papar Eka.
“Di Demak juga tak kalah banyak inovasinya, seperti Jimil Jider (Siji bumil resti siji kader), Cengkraman Mata Elang (Aplikasi CME Pendampingan Kesehatan ibu hamil dan stunting), dan lainnya. Itu terbukti berhasil menurunkan prevalensi stunting sebanyak 9,3%”, tambahnya.
Adapun rombongan Perkadis (Persatuan Kepala Dinas KB Jawa Barat) yang turut hadir pada kunjungan kali ini diantaranya Ketua Perkadis Jabar, H.M. Haerun (Kepala Dinas PPKBP3A Kab. Bandung), Kadis Kab. Bandung Barat, Kadis P3AP2KB Kota Cimahi, Kadis PPKB Kab. Sumedang, Kadis P2KBP3A Kab. Subang, Kadis P3AP2KB Kab. Bogor, Kadis PPKB Kab. Karawang, Kadis P2KBP3A Kab. Cirebon dan Kadis PPKB Kota Banjar.***