Transformasi Perpustakaan Dorong Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat

- 17 Desember 2022, 20:20 WIB
Kepala Perpusnas RI, Muhammad Syarif Bando
Kepala Perpusnas RI, Muhammad Syarif Bando /Jurnal Soreang /Dok. Perpusnas RI

Lebih jauh Syarif mengatakan, TPBIS yang dijalankan di perpustakaan tingkat provinsi, kabupaten/kota, hingga desa/kelurahan dinilai efektif dan manfaatnya dirasakan masyarakat.

TPBIS, ungkap Syarif, merupakan pendekatan pelayanan perpustakaan yang berkomitmen meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat pengguna perpustakaan.

Sejak 2018-2022, jelas Syarif, program TPBIS telah melaksanakan pendampingan ke 34 provinsi, 399 kabupaten/kota, dan 3.535 desa/kelurahan, melaksanakan bimbingan teknis kepada 1.804 staf perpustakaan daerah dan 2.196 pengelola perpustakaan desa, serta melatih 79 master trainer dan 415 fasilitator daerah.

Baca Juga: Informasi Lengkap Naruto 17 Desember 2022! Cek Faktanya di Sini, Ini 5 Fakta Menariknya

Menurut Syarif, tidak hanya aspek pengembangan mutu sumber daya manusianya, aspek bantuan fisik seperti bantuan koleksi siap pakai, rak buku, dan perangkat teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

Selama empat tahun berjalan, sambung Syarif, program TPBIS telah menyentuh sebanyak 2.133.918 anggota masyarakat, yang mengikuti 85.776 kegiatan pelibatan masyarakat di perpustakaan.

Hal ini menunjukkan animo masyarakat yang besar terhadap program ini. Sudah banyak masyarakat yang merasakan manfaat positif program ini dalam upaya meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan mereka.

Baca Juga: Jadwal Shalat untuk Makassar dan Sekitarnya, Minggu 18 Desember 2022 dan Doa Saat Angin Kencang atau Gempa

Indonesia, terang Syarif, memiliki sumber daya alam melimpah namun belum dikelola dengan optimal. Oleh karena itu, masyarakat perlu dibekali inovasi dan kreativitas serta aksesibilitas digital untuk meningkatkan pengetahuannya.

Seiring perkembangan zaman, peran perpustakaan kini tidak lagi hanya mengelola koleksi buku. Paradigma perpustakaan kini sudah berubah, yaitu dengan mengedepankan transfer pengetahuan (transfer knowledge) kepada masyarakat.

Paradigma yang dibangun, imbuhnya, perpustakaan adalah 10 persen mengelola koleksi, 20 persen pengelolaan knowledge, dan 70 persen transfer knowledge.

Baca Juga: Waspada, Varises Juga Mengintai Kaum Rebahan, Berikut Penjelasanbya dari Dokter Ahli

Menurut Syarif, penerapan 70 persen transfer knowledge ini sangat penting. Sebab, sebagaimana disampaikan UNESCO, bangku terakhir bagi semua orang yang tidak lagi di berada di pendidikan formal adalah perpustakaan.

“Jadi, untuk masyarakat pedesaan, yang rata-rata itu 90 persennya tidak menempuh pendidikan di perguruan tinggi, bisa meningkatkan skill dan kemampuannya dengan datang per perpustakaan,” ucapnya.

Sementara Penjabat (Pj) Gubernur Sumbar, Akmal Malik sepakat dengan penjabaran yang disampaikan Kepala Perpusnas tentang transformasi perpustakaan berbasis inklusi.

Baca Juga: Pertandingan Gillingham Melawan Stockport Malam ini Ditunda, Elkan Baggott Batal Tampil

"Bagaimana menghadirkan transformasi knowledge kepada masyarakat yang belum mendapatkan akses terhadap ilmu pengetahuan (berbasis digital)," ujarnya.

Halaman:

Editor: Yusup Supriatna


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah