Namun, Muliman Hadad menegaskan bahwa tentu saja hal itu perlu mematuhi prosedur, karena pemerintahan Swiss juga punya mekanisme dan sistem yang sudah menjadi standar di negara tersebut.
"Saya sudah berdiskusi dengan keluarga terkait hal ini. Kita apresiasi banyak sekali keinginan untuk membantu. Namun, tentu saja kita perlu mematuhi prosedur yang ada," kata Muliaman Hadad.
"Kita harus diskusikan dengan otoritas setempat, karena kewenangan ada di mereka," ucapnya.
jika memungkiankan, lanjutnya, pihak KBRI di Swiss mengaku siap untuk membantu dan akan menjembatani prosesnya.
Baca Juga: Adik Eril Miliki Bakat Bernyanyi? Ternyata Zara Sempat Ikut Audisi The Voice Kids Indonesia
"Keinginan membantu akan KBRI sampaikan ke otoritas setempat. Saya tidak bisa menjawab karena kewenangan sepenuhnya ada di otoritas setempat," katanya.
"Saya akan menjembatani," lanjutnya.
"Intinya tentu saja keinginan-keinginan itu mesti kita tindaklanjuti. Namun kewenangan ada sesungguhnya di otoritas setempat," katanya.
Sebelumnya, Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Henry Alfiandi mengungkapkan beberapa faktor yang dinilainya menjadi penyebab Eril masih belum ditemukan di sungai Aare.
Henry mengatakan bahwa derasnya air sungai Aare merupakan hasil dari lelehan atau cairan gletser setelah memasuki musim panas, ini menjadi salah satu kendala tim dalam menemukan Eril.
Baca Juga: Prediksi UEFA Nations League Wales vs Belanda, Jadwal, Kabar Tim, Head to Head dan Susunan Pemain
Tidak hanya itu, Henry juga mengatakan bahwa metode pencarian di Swiss sangat berbeda dengan di Indonesia.
"Dan sistem pencarian di sana kalau saya liat dia by visual, ia menggunakan teropong air. Sedangkan di Indonesia kita sudah pakai teknologi radar," katanya, dikutip dari Antara.
"Kita ini menggunakan peralatan yang namanya underwater searching device, itulah inovasi kita. Yang kedua, menggunakan alat aqua eye, menggunakan detektor seperti radar," lanjutnya.
Henry mengakui bahwa alat-alat yang digunakan Basarnas bisa mendeteksi target, baik itu manusia maupun hewan.