Saat di negeri ini Hetty Koes Endang hanya muncul di televisi melalui siaran TVRI, Indonesia kembali menghadapi masalah yang bikin pening kepala.
Baca Juga: Tanda Allah SWT Sayang: Inilah 7 Pesan Allah Untuk Kaum Wanita, No 6 Sangat Penting bagi Wanita
Di era 80-an, harga minyak dan gas dunia sempat anjlok seanjloknya, celakanya di era tahun 70-an negara ini mengandalkan atau menumpukkan perekonomiannya, pada ekspor Migas.
Tentu, hal ini mempengaruhi cadangan devisa kita dan celakanya, dengan sistem mengambang terkendali yang membuat pemerintah hanya ikut campur, kalau nilai tukar rupiah bergerak melebihi batas atas dan batas bawah, dan membuat pemerintah tidak bisa turun tangan.
Akhirnya, pemerintah kembali mendevaluasi nilai tukar Rupiah, kali ini untuk meningkatkan daya saing barang ekspor diluar migas.
Di era 80an, memerintah tercatat dua kali melakukan Devaluasi yakni pada tanggal 30 Mar 1983, dan September 1986, ini membuat nilai rupiah turun sebesar 38 persen dan 45 persen. Langkah ini terbukti berhasil menggairahkan sektor ekspor, arus modal asing pun turut meningkat.
6. Reformasi
Sebelum Reformasi bergulir, dunia sudah dilanda krisis Global. Kabarnya, stabilitas nilai tukar rupiah berlangsung hingga Juli 1997 saja yang saat itu, harga per 1 dolar amerika serikat hanya Ro2,350.
Indonesia, selanjutnya harus merasakan pedihnya penurunan nilai tukar Rupiah. Saat rupiah mengalami depresiasi akibat mekanisme pasar, sejumlah kebijakan untuk mencegah depresiasi dilakukan.