JURNAL SOREANG- Para petinggi negara termasuk Indonesia beberapa waktu lalu berkumpul di Glasgow, Inggris Raya untuk konferensi iklim terbesar, yakni COP26.
Dalam pertemuan ini, mereka berjanji menghapus batu bara, memangkas emisi gas rumah kaca, dan mengurangi deforestasi.
Faktanya, saat ini ikhtiar tersebut dinilai masih sangat jauh dari harapan. Cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi, seperti gelombang panas, badai dan banjir, gangguan sistem pangan, hingga peningkatan penyebaran penyakit merupakan hal yang disebabkan oleh krisis iklim.
Hal ini pula yang disoroti oleh Lembaga Amil Zakat (LAZ) Sinergi Foundation. "Ada sejumlah program yang kami buat untuk menanggulangi krisis iklim," kata CEO Sinergi Foundation, Asep Irawan, baru-baru ini.
Salah satunya adalah dicanangkannya program Green Kurban dan Green Akikah. Karena dari satu hewan yang dikurbankan, turut ditanam satu pohon. Sejak 2013-2021, ada sebanyak 28.866 pohon yang telah ditanam. Di antaranya, 6.887 pohon bambu yang telah ditanam.
"Menurut penelitian, bambu ternyata dapat membantu memitigasi perubahan iklim, mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, dan melindungi hutan," kata Asep.
Pun ia melanjutkan, memulihkan lahan dan hutan yang rusak dengan bambu, dapat berkontribusi dalam pengurangan emisi karbon.