Tradisi Unik Suku Osing yang Masih Dilestarikan Oleh Warganya, Nomor 1 Paling Khas

- 8 November 2021, 09:39 WIB
Tradisi Unik Suku Osing yang Masih Dilestarikan Oleh Warganya
Tradisi Unik Suku Osing yang Masih Dilestarikan Oleh Warganya /

JURNAL SOREANG - Awalnya Suku Osing mayoritas beragama Hindu dan Budha. Namun, setelah berkembangnya kerajaan islam, Suku Osing banyak yang beralih memeluk agama Islam.

Di tengah modernisasi dengan perkembangannya yang pesat, suku Osing di Desa Adat Kemiren, Banyuwangi, Jawa Timur, berhasil mempertahankan budaya tradisionalnya hingga saat ini.

Tradisi dan kebudayaan Suku Osing tersebut dapat menarik minat para wisatawan lokal hingga mancanegara.

Dikutip Jurnal Soreang dari berbagai sumber, berikut adalah tradisi dan kebudayan Suku Osing.

Baca Juga: Keunikan Suku Bawean, Nomor 3 Menjadi Hal yang Paling Unik

1. Barong Ider Bumi

Barong Ider Bumi diselenggarakan setiap tanggal dua bulan Syawal oleh warga Osing.

Sebagian warga Osing membentuk kelompok barongan yang mengitari desa dari ujung timur ke barat. Tradisi tersebut digelar dalam bentuk arak-arakan barong yang dilakukan layaknya karnaval.

Di tengah-tengah pelaksanaan karnaval, masyarakat lainnya melempari peserta dengan uang logam. Tujuannya untuk menolak bala datang ke wilayah ini.

Dulunya, wilayah ini pernah dilanda kemarau berkepanjangan, lalu suku Osing melakukan tradisi ini agar musim kemarau pergi tepat waktu dan sawah warga mendapat air.

Baca Juga: Keunikan Suku Bawean, Membiarkan Kunci Motor Masih Tergantung

2. Memainkan Angklung Paglak

Saat musim panen tiba, suku osi akan memainkan Angklung Paglak. Dulunya, angklung ini dimainkan sebagai hiburan para petani yang memanen padinya.

Selain menjadi hiburan, permainan angklung paglak disyaratkan agar warga membantu petani memanen. Nilai gotong royong begitu kental dalam tradisi ini.

3. Tradisi Mepe Kasur

Mepe kasur merupakan tradisi yang rutin dilakukan pada bulan Dzulhijjah bersamaan dengan acara selamatan desa.

Tradisi ini dipercaya masyarakat Osing dapat menjaga kerukunan dan semangat bekerja dalam rumah tangga. Biasanya pada hari perayaan, seluruh masyarakat desa akan Mepe Kasur secara bersamaan.

Baca Juga: 7 Keunikan Suku Bawean, Jawa Timur, Punya Bahasa Sendiri yang Khas

Kerukunan pun terlihat dari warna kasur yang digunakan masyarakat, yakni warna merah dan hitam yang melambangkan tolak balak dan kelanggengan keluarga.

4. Bahasa suku Osing

Suku Osing juga mempunyai bahasa sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa tersebut merupakan keturunan langsung dari Bahasa Jawa kuno.

Ada dua jenis sistem bahasa yang digunakan dalam Bahasa Osing yaitu Bahasa Osing (bahasa sehari-hari) dan goko-krama.

Baca Juga: 7 Keunikan Suku Bawean, Jawa Timur, Punya Bahasa Sendiri yang Khas

5. Tumpeng Sewu

Tumpeng Sewu merupakan tradisi makan besar. Tradisi ini masih tetap dilestarikan oleh suku asli Banyuwangi hingga saat ini.

Perayaan Tumpeng Sewu sendiri rutin dilakukan pada bulan Dzulhijjah atau yang lebih umum dengan sebutan bulan Haji.

Tradisi ini dipercaya suku Osing dapat menjauhkan dari malapetaka. Upacara Tumpeng Sewu ini menjadi semacam tradisi tolak bala.***

Editor: Sarnapi

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah