Tradisi Khas Betawi, Salah Satunya Seni Teater yang Berbeda Dengan yang Lainnya

- 2 November 2021, 13:49 WIB
Tradisi Khas Betawi, Salah Satunya Seni Teater yang Berbeda
Tradisi Khas Betawi, Salah Satunya Seni Teater yang Berbeda /

JURNAL SOREANG - Indonesia memiliki ragam suku yang melimpah. Salah satu sukunya adalah suku Betawi.

Suku Betawi yang mayoritas penduduknya bertempat tinggal di Jakarta ini, sudah ada sejak jaman penjajahan Belanda.

Suku Betawi terkenal dengan ragam keunikan budayanya. Seperti dikutip Jurnal Soreang dari berbagai sumber, berikut adalah tradisi unik dari suku betawi.

Baca Juga: Tradisi Suku Betawi yang Hampir Punah, Nomor Dua Sudah Jarang Terdengar

1. Silat Betawi

Silat Betawi merupakan salah satu jenis pencak silat khas Indonesia yang masih banyak ditekuni hingga saat ini.

Silat ini diperkenalkan oleh seorang Tionghoa yang bernama Lie Ceng Oek dan jurus tersebut diberi nama Bie Sie, namun akhirnya berubah menjadi Beksi karena logat masyarakat Betawi saat itu.

Ada juga yang mengartikan Bek artinya pertahanan dan Sie artinya empat, yang berarti pertahanan empat arah.

Silat Betawi pun pernah menjadi alat perlawanan rakyat Indonesia terhadap penjajah di jaman pra kemerdekaan.

Baca Juga: Fakta Unik Suku Baduy Dalam , Ada Tradisi Kawalu atau Berpuasa Selama 3 Bulan.

Orang dengan keahlian silat yang tinggi akan dipanggil dengan sebutan jawara dan sangat disegani oleh banyak orang.

Para jawara saat itu banyak dibekali ilmu agama, karena kekuatan bukan hanya melalui ketahanan fisik, namun juga kekuatan batin.

2. Nyorog

Dalam tradisi nyorog, makanan yang dibawakan oleh orang yang lebih muda kerumah saudaranya yang lebih tua atau yang dituakan.

Nyorog lazimnya dilakukan sepekan sebelum puasa. Mereka yang datang biasanya membawa bingkisan berupa sembilan bahan pokok (sembako) seperti telur, gula, kopi beras, atau makanan siap saji.

Baca Juga: Ritual dan Tradisi Unik di India, Salah Satunya Harus Diinjak-injak Sapi

Tujuan dari tradisi nyorog yakni sebagai ajang silaturahmi antar sanak saudara serta menghormati keluarga atau tokoh-tokoh yang dituakan.

Tradisi nyorog sebenarnya tak melulu dilakukan menjelang bulan Ramadhan tiba. Tradisi tersebut juga biasa dilakukan dalam acara pernikahan adat Betawi.

3. Ondel-Ondel

Ondel-ondel merupakan ikon kota DKI Jakarta yang tentunya memiliki sejarah panjang, ondel-ondel sudah ada sejak abad 16.

Sejak itu, ondel-ondel mulai dikenal sebagai boneka raksasa yang diarak warga dari kampung untuk mengusir roh jahat dan harus menjalani proses ritual menyambangi makam keramat.

Baca Juga: Unik! 6 Tradisi di India yang Tidak Biasa, Ada Pecahkan Buah Kelapa di Atas Kepala

Ondel-ondel kini banyak digunakan sebagai sarana warga untuk mengamen dan menjadi tontonan warga.

Sebelumnya ondel-ondel dianggap sebagai boneka sakral yang tak bisa digunakan oleh sembarang orang.

4. Tanjidor

Tanjidor sering dimainkan untuk mengiringi atau mengarak pengantin. Alat musik khas Betawi ini sudah ada sejak tahun 1600 an. Tanjidor juga merupakan peninggalan kuno Portugis dan Belanda yang mesti dilestarikan.

Alat musik ini bisa dimainkan oleh 7 hingga 10 orang pemain musik. Para pemain tanjidor biasanya mengenakan pakaian seragam.

Baca Juga: Aneh Tapi Nyata Tradisi di India, Melemparkan Bayi dari Ketinggian

Seragam yang dikenakan para pemain tanjidor yakni berupa pakaian tradisional Betawi seperti peci, sarung yang dikenakan di pundak, serta aksesoris betawi lainnya.

Kini tanjidor sudah cukup jarang ditemui kecuali pada acara pernikahan atau hajatan masyarakat Betawi yang masih menggunakan adat tradisional.

5. Lenong

Lenong merupakan kesenian teater tradisional khas Betawi. Jumlah pemain lenong ini tidak lebih dari 10 orang dan tentunya wajib menggunakan dialog bahasa Betawi.

Pada saat pertunjukan, pemain lenong ini sesekali melontarkan adu pantun sehingga menimbulkan keunikan jalan ceritanya. Biasanya lenong diiringi menggunakan gambang kromong sebagai iringan musiknya.

Baca Juga: Kemendikbudristek Umumkan 10 Pemenang Lomba Cipta Lagu Tradisi NTT

Eksistensi lenong sempat pernah terpuruk dan hampir menghilang hingga kembali bangkit dan dipopulerkan oleh tayangan televisi pada 1970.

Untuk membawakan sebuah pertunjukan lenong, para pemainnya harus melakukan ungkup yakni sebuah upacara khusus yang berisikan doa dan sesaji.

Namun, sebagian besar masyarakat Indonesia mengenal lenong hanya sebatas pertunjukan teater yang menggelitik perut penonton.***

Editor: Sarnapi

Sumber: berbagai sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah