Komandan KRI Nanggala 402 Tahun 2004 Kupas Probabilitas Faktor Internal dan Eksternal Tenggelamnya Kapal Selam

- 5 Mei 2021, 01:16 WIB
Perwira Tinggi TNI AL.Laksamana Muda TNI Muhammad Ali, S.E., M.M./tangkapan layar/
Perwira Tinggi TNI AL.Laksamana Muda TNI Muhammad Ali, S.E., M.M./tangkapan layar/ /Youtube/

JURNAL SOREANG - Perwira Tinggi TNI AL Laksamana Muda TNI Muhammad Ali, S.E., M.M., diundang ke siaran podcast corbuzier podcast guna kupas detail probabilitas faktor internal dan eksternal kapal selam KRI Nanggala 402.

Dalam kesempatan itu, Ali yang pernah menjadi Komandan KRI Nanggala 402 pada tahun 2004 silam, memaparkan secara detail terkait faktor internal dan eksternal yang kemungkinan menjadi penyebab tenggelamnya kapal selam kebanggaan Indonesia tersebut.

"Masih dievaluasi apakah kapal tenggelam karena faktor internal atau eksternal," ucap Ali, sebagaimana dikutip dari video yang diunggah di kanal YouTube Deddy Corbuzier pada Selasa, 4 Mei 2021.

Baca Juga: Bocoran Preman Pensiun 5, Rabu 5 Mei 2021: Terminal Diambil Alih Toni cs, Ujang dan Cecep Bantu Murad

Ali menuturkan, ketika mendapat informasi mengenai status submiss KRI Nanggala 402, ia langsung memerintahkan stafnya untuk menghubungi International Submarine Escape and Rescue Liaison Office (ISMERLO) dalam rangka diskusi mengenai faktor internal.

Tidak hanya itu, ia juga meminta izin kepada Kepala Staf TNI AL Laksamana Yudo Margono untuk melakukan pertemuan dengan oceanografer Dr. Adi Purwandana dan Dr. Adi Susatyo terkait faktor eksternal.

Tragedi KRI Nanggala 402 menguji kesolidan Submariner Brotherhood, dimana negara terdekat mempunyai kewajiban untuk segera datang membantu kapal selam yang sedang dalam kesulitan.

Ali mengatakan, KRI Nanggala 402 termasuk ke dalam kapal selam diesel electric dengan kelas 209 1300.

Baca Juga: Akan Kawal Para Pelaku Pariwisata, Dede Yusuf: Pariwisata Tumbuh atas Dasar SDM

Adapun tugas pokoknya adalah melaksanakan peperangan anti kapal permukaan, menghadapi anti kapal selam itu sendiri, tugas intai taktis dan strategis, dan tugas tambahan penyusupan pasukan khusus ke daerah lawan dengan swim out lewat tabung torpedo.

KRI Nanggala 402 tidak pernah ditugaskan untuk perang, tapi pernah digunakan dalam tugas pengintaian.

Untuk faktor internal, ia menyatakan tiap kapal selam yang dimiliki TNI AL melewati pemeliharaan Planned Maintenance System (PMS) secara berkala.

"Dari mulai perawatan rutin, perawatan menengah, depo, sampai overhaul. Ada tim juga yang memeriksa kelaikan kapal sebelum kapal beroperasi yang bernama Dislaik Dinas Kelaikan Kapal," sambung Ali.

Baca Juga: Sempat Jagokan Real Madrid, Bung Towel: All England Final di Liga Champions 2021

Apabila terjadi blackout atau semua listrik mati, lanjutnya, awak kapal masih dapat melakukan penyelamatan terhadap kapal karena adanya lampu emergency walaupun hanya dipasang di tempat tertentu dan tidak terlalu terang.

"Pada waktu sekolah kapal selam, seluruh awak kapal selam dilatih dengan mata tertutup untuk memegang katup-katup dengan bentuk dan fungsi yang berbeda. Dia harus tahu semua katup dalam kapal selam," ungkapnya.

Selain itu, tambah Ali, awak kapal terus-menerus digempur dengan Latihan Peran Peninggalan setiap keluar dari pangkalan dan Latihan Peran Kedaruratan setiap bangun pagi, sehingga akan selalu dalam keadaan sikap siaga.

"Semua awak kapal meyakini bahwa dalam setiap kedaruratan pasti ada jalan keluar untuk menyelamatkan kapal," ujar Ali.

Baca Juga: Netizen Mempertanyakan Pengelola Wisata Rabbit Town Bandung, Sudah Terbukti Plagiat Kok Masih Promosi?

Yang masih menjadi pertanyaan sampai sekarang adalah alasan di balik hilangnya kontak dengan KRI Nanggala 402 pada saat kejadian. "Harusnya ada kontak tapi tidak ada. Itu yang kita tanda tanya," tuturnya.

Ali melanjutkan, apalagi kapal selam sulit dideteksi di bawah laut karena gelombang akustik tidak berjalan lurus tergantung pada temperatur, salinitas dan tekanan air laut.

"Kapal selam dan kendaraan perang lainnya juga tidak ada blackbox," tambah Ali. Hal tersebut menyebabkan kesulitan pengungkapan penyebab tenggelam KRI Nanggala 402. Jalan satu-satunya hanya dengan mengangkat bangkai kapal selam ke permukaan untuk kemudian diteliti.

Terkait faktor eksternal, Ali membeberkan, menurut oceanografer Dr. Adi Purwandana dan Dr. Adi Susatyo, di Selat Lombok dan utara Bali ada pusaran bawah laut yang cukup kuat pada saat kejadian tanggal 21 April 2021.

Baca Juga: Positif, Jelang Penggarapan Drama Terbaru OCN, Island, Seo Ye Ji Resmi Mengundurkan Diri, Ini Penyebabnya

"Pusaran itu disebut Internal Solitary Wave," sambungnya. Tidak akan ada dalam informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) karena kapasitas dan tanggung jawab BMKG hanya meneliti permukaan saja, bukan bawah laut.

"Internal Solitary Wave bisa jadi akan berpengaruh banyak terhadap kapal selam karena arusnya menarik kapal ke dasar laut lebih cepat," terang Ali.

Pada peristiwa tenggelamnya KRI Nanggala 402, posisi kapal selam sedang dalam proses menyelam.

"Sudut trim yaitu ke belakang, ke depan, oleng, dan angguk jadi agak ekstrim sehingga menyebabkan kapal tambah jatuh, apalagi kemudi selam sedang dibuka," jelasnya.Klik

Baca Juga: Belanja Makanan dan Obat Secara Online, Badan POM: Jangan Asal Klik!

Awak kapal tidak akan begitu merasakan karena tekanan di dalam kapal selam dibuat tetap 1 atmosfer. "Hanya dapat mengetahui dari indikator kedalaman saja," tambah Ali.

Ia menjelaskan, Internal Solitary Wave sebenarnya bisa diatasi dengan penghembusan seluruh Tangki Pemberat Pokok atau Main Balance Tank dan Tangki Tahan Tekan yang memang diciptakan untuk khusus kedaruratan.

Langkah tersebut kemudian ditambah dengan pendorongan sehingga kemudi menjadi efektif dan kapal dapat menuju ke atas permukaan.

Akan tetapi, Ali mempertanyakan pelaksanaan tindakan kedaruratan ini oleh awak KRI Nanggala 402. "Tidak tahu dilakukan atau tidak oleh awak, masih menjadi misteri," aku Ali.

Baca Juga: Sinopsis Preman Pensiun 5, Selasa 4 Mei 2021: Kang Pipit Tutup Usia. Kang Mus: Ini cara Tuhan Memperbaikinya

Menyinggung isu KRI Nanggala 402 tenggelam karena ditembak, Ali membantah dan menyatakan tidak mungkin kejadiannya seperti itu.

"Karena saat itu kita sedang berlatih dan banyak kapal permukaan fregat dan corvette yang mempunyai sonar alat pendeteksi bawah air aktif maupun pasif," ungkapnya.

Selain itu, tidak ditemukan kontak lain selain KRI Nanggala 402. "Lagipula, saat ini kita tidak sedang bermusuhan dengan siapapun," sambung Ali.

Bukti yang paling jelas dari semua itu adalah tidak adanya bunyi ledakan. Dengan sonar, lanjutnya, ledakan di bawah air dapat terdengar dengan jelas dari jarak yang jauh, dan akan terlihat dengan jelas semburan air ke permukaan apabila meledak di jarak periscope depth 13 meter.

Baca Juga: Atalarik Syah Tak Terima Penjemputan Paksa Kedua Anaknya, Tsania Marwa Layangkan Surat Terbuka Bagi Masyarakat

Diketahui, KRI Nanggala 402 hilang kontak dan kemudian berujung dengan status On Eternal Patrol saat sedang berlatih persiapan penembakan torpedo.

Torpedo yang digunakan adalah Surface and Underwater Target (SUT), dimana untuk latihan tidak ada exploder atau bahan peledaknya.

Latihan persiapan penembakan torpedo ini merupakan yang ke-10 kalinya dilakukan dan termasuk ke dalam kegiatan rutin TNI AL. ***

Editor: Sam

Sumber: YouTube


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah