Awak kapal tidak akan begitu merasakan karena tekanan di dalam kapal selam dibuat tetap 1 atmosfer. "Hanya dapat mengetahui dari indikator kedalaman saja," tambah Ali.
Ia menjelaskan, Internal Solitary Wave sebenarnya bisa diatasi dengan penghembusan seluruh Tangki Pemberat Pokok atau Main Balance Tank dan Tangki Tahan Tekan yang memang diciptakan untuk khusus kedaruratan.
Langkah tersebut kemudian ditambah dengan pendorongan sehingga kemudi menjadi efektif dan kapal dapat menuju ke atas permukaan.
Akan tetapi, Ali mempertanyakan pelaksanaan tindakan kedaruratan ini oleh awak KRI Nanggala 402. "Tidak tahu dilakukan atau tidak oleh awak, masih menjadi misteri," aku Ali.
Menyinggung isu KRI Nanggala 402 tenggelam karena ditembak, Ali membantah dan menyatakan tidak mungkin kejadiannya seperti itu.
"Karena saat itu kita sedang berlatih dan banyak kapal permukaan fregat dan corvette yang mempunyai sonar alat pendeteksi bawah air aktif maupun pasif," ungkapnya.
Selain itu, tidak ditemukan kontak lain selain KRI Nanggala 402. "Lagipula, saat ini kita tidak sedang bermusuhan dengan siapapun," sambung Ali.
Bukti yang paling jelas dari semua itu adalah tidak adanya bunyi ledakan. Dengan sonar, lanjutnya, ledakan di bawah air dapat terdengar dengan jelas dari jarak yang jauh, dan akan terlihat dengan jelas semburan air ke permukaan apabila meledak di jarak periscope depth 13 meter.