Saat Pandemi Neraca Perdagangan Indonesia Malah Surplus, Impor Turun Tajam

- 5 Februari 2021, 05:28 WIB
Kopti Cianjur mendapat jatah Kuota 5,7 Ton Kacang Kedelai Impor  subsidi dari pemerintah. Indonesia masih tergantung bahan pangan impor seperti kedelai sehingga DPR minta adanya ketahanan pangan dalam negeri.
Kopti Cianjur mendapat jatah Kuota 5,7 Ton Kacang Kedelai Impor subsidi dari pemerintah. Indonesia masih tergantung bahan pangan impor seperti kedelai sehingga DPR minta adanya ketahanan pangan dalam negeri. /Literasi News/Nabiel Purwanda

JURNAL SOREANG- Anggota Komisi VI DPR, Hj Nevi Zuairina menyatakan, neraca perdagangan Indonesia selama tahun 2020 mengalami surplus sebesar 21,75 miliar dolar AS. 

Akan tetapi surplus tersebut timbul karena adanya penurunan impor yang sangat tajam sebesar 17,34 persen bukan karena meningkatnya kinerja ekspor.

"Seharusnya adanya pandemi Covid-19 juga harus dijadikan momentum untuk meningkatkan produksi dalam negeri dan meminimalisir impor. Memaksimalkan ekspor non migas dari sektor pertanian untuk mendukung ketahanan pangan sebagai pertahanan melawan covid-19 merupakan kebijakan yang sangat tepat dan pro rakyat", ujar Nevi dalam pernyataannya, Jumat, 5 Februari 2021.

Baca Juga: Waspada Uang Palsu! Satreskrim Polres Majalengka Berhasil Ungkap dan Bekuk Pelaku Pengedar

Nevi menjabarkan, berdasarkan data yang dilansir oleh Badan Pusat Statistik (BPS), ada indikasi penurunan kinerja industri dalam negeri yang bergantung pada bahan baku impor, yang terdampak adanya pandemi.

"Untuk itu, daripada kita mengandalkan produk bahan baku luar, sebaiknya sumberdaya kita yang ada dalam negeri yang potensinya belom dioptimalkan, dapat digenjot. Sehingga dapat menciptakan pemenuhan kebutuhan dalam negeri terutama komoditas pangan," ujar anggota FPKS ini.

Dia.meminta Kementerian Perdagangan di tahun 2021 ini lebih memberikan fokus kepada pencapaian ketahanan pangan nasional.

Baca Juga: Dua Stasiun Televisi Ini Banyak Melanggar, KPI Jatuhkan Sanksi dan Minta Evaluasi

"Kementerian Perdagangan dapat memberikan porsi pada program-programnya untuk ketahanan pangan ini sekaligus melakukan koordinasi dan sinergi dengan Kementerian atau Lembaga terkait," ujarnya.

Legislator asal Sumatera Barat ini menyarankan kepada Kemendag agar untuk memastikan bahwa ketersediaan bahan pangan sudah cukup sehingga tidak perlu impor dan harga di masyarakat dapat ditekan.

"Pada saa kampanye Pilpres Presiden Jokowi menjanjikan akan membatasi Importasi produk pangan untuk mengutamakan petani dalam negeri. Ini mesti dapat diwujudkan oleh seluruh jajarannya termasuk Kemendag," katanya.

Baca Juga: Terinspirasi Mimpi ke Madinah, Febby Islami Rilis Lagu, Ini Liriknya

Kejadian importasi beras pada tahun 2018 sebesar 2,25 juta ton, lalu terus berlanjut pada tahun 2019 tidak terulang dan terulang lagi tiap tahun.

"Intinya adalah sinergi dan koordinasi kuat antar kementerian dan Lembaga. Selama ini kita sangat tergantung pada turbulensi permintaan (demand) dan penawaran (supply) yang tidak seimbang, karena kekuatan dalam negeri kita rapuh. Mari kita tekadkan agar kemandirian pangan kita kuat. Maksimal akhir kepemimpinan Presiden Jokowi, cita-cita kita memiliki ketahanan pangan nasional yang stabil dapat terwujud," katanya.***

Editor: Sarnapi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah