Muntahkan Awan Panas dan Erupsi Guguran Lava Pijar, Gunung Merapi Erupsi Efusif

Sam
- 19 Januari 2021, 21:02 WIB
Puncak Gunung Merapi sebelum erupsi, dilihat dari spot area pasar gubrah di area Gunung Merapi beberapa meter sebelum puncak, beberapa waktu lalu. foto : Facebook @sam ade 18
Puncak Gunung Merapi sebelum erupsi, dilihat dari spot area pasar gubrah di area Gunung Merapi beberapa meter sebelum puncak, beberapa waktu lalu. foto : Facebook @sam ade 18 /Sam Ade PHOTOGRAPHY 18/

JURNAL SOREANG - Gunung Merapi yang berada di perbatasan Kabupaten Sleman, Yogyakarta dan Jawa Tengah sudah mengalami erupsi sejak 4 Januari 2021, demikian yang diungkapkan Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Hanik Humaida saat menyampaikan paparan perkembangan aktivitas Gunung Merapi di Sleman, Selasa 19 Januari 2021.

Menurutnya, sampai saat ini selama pemantauan, selain erupsi juga telah terjadi 10 kali awan panas selama bulan Januari 2021, yaitu pada 7 Januari sebanyak empat kali, pada 9, 13 dan 16 Januari masing-masing dua kali, dan ada 18, dan 19 Januari 2021. 

"Kejadian tersebut dominasi luncuran sekitar 500 meter," katanya.

Baca Juga: Wow, Indonesia Negara Importir Vaksin Covid-19 Terbesar Dunia

Kemudian terkait erupsi Gunung Merapi, Hanik mengatakan bahwa aktivitas erupsi berupa guguran lava pijar dan awan panas hingga 1.800 meter atau disebut erupsi efusif.

"Aktivitas erupsi tersebut berupa guguran lava pijar dan awan panas sejauh maksimal 1.800 meter yang disebut dengan erupsi efusif," kata Hanik, seperti dilansir dari Antara.

Ia mengatakan bahwa potensi dan daerah bahaya erupsi Gunung Merapi sudah berubah mengingat erupsi yang cenderung bersifat efusif serta memperhatikan arah erupsi yang mengarah ke barat.

Baca Juga: Dua WNA Asal India Diringkus Petugas Imigrasi Karena Ini

"Per 15 Januari 2020, distribusi probabilitas erupsi dominan ke arah erupsi efusif 40 persen dan eksplosif 21 persen, sehingga potensi erupsi eksplosif dan kubah dalam menurun signifikan," papar Hanik.

Selain itu, Hanik menjelaskan potensi bahaya saat ini yakni bahaya berupa guguran lava dan awan panas pada sektor Sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih sejauh maksimal 5 kilometer.

"Sedangkan lontaran material vulkanik jika terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau sejauh maksimal 3 kilometer dari puncak. Jarak awan panas maksimal 1,8 kilometer, masih cukup jauh dari pemukiman yang berjarak 6,5 kilometer," imbuhnya.

Baca Juga: Warga Rayakan Tahun Baru Imlek, Ini Larangan Polda Kepulauan Riau

Hanik mengatakan seiring berlangsungnya aktivitas seismik, deformasi, dan gas menurun signifikan. Kegempaan internal 27 kali per hari. Deformasi 0.3 cm/hari. Gas vulkanik CO2 saat ini 600 ppm dalam tren menurun. Kejadian guguran tinggi, dominan bersumber di lokasi erupsi.

"Berdasarkan data pemantauan seismik, deformasi, dan gas menurun. Tidak ada tekanan magma berlebih yang mencerminkan tambahan suplai magma," katanya.***

Editor: Sam

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah