Hal ini juga untuk menghindari eksploitasi yang berlebihan terhadap populasi buaya di wilayah tersebut.
Kerajinan kulit buaya, menurut Doddy, dapat dikategorikan sebagai kerajinan eksotik dan bernilai jual tinggi di pasar internasional.
Baca Juga: Di Tahun Baru Ini 371.504 Bayi Diperkirakan akan Lahir, 12.336 di antaranya di Indonesia
Kulit buaya yang telah disamak dapat diolah menjadi produk kulit dengan nilai jual yang sangat tinggi mulai dalam bentuk dompet atau sabuk.
Karena motif kulit buaya yang unik dan eksotis, harga jual kerajinan kulit buaya di pasaran paling murah berkisar Rp300.000, sedangkan yang paling mahal bisa mencapai Rp30.000.000 untuk sebuah tas golf.
"Hal ini karena motif kulit buaya yang unik dan eksotis, sehingga cocok menjadi bahan baku produk fesyen. Kualitas kulit buaya turut menentukan tingginya nilai jual, untuk itulah proses penyamakan kulit harus benar-benar diperhatikan," jelas Doddy.
Baca Juga: Jarang Diketahui, Ini 12 Manfaat Jeruk Purut Bagi Kesehatan Tubuh Kita
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Mamberamo Raya bersinergi dengan Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik (BBKKP) Yogyakarta, salah satu badan litbang di bawah BPPI Kemenperin yang juga menjadi pusat unggulan iptek (PUI) bidang kulit, melihat hal itu sebagai peluang serta berusaha untuk terus meningkatkan kerja sama di bidang pengolahan kulit buaya.
Kepala BBKKP Agus Kuntoro menyatakan pihaknya rutin mengadakan pelatihan dan bimbingan teknis pengolahan kulit dan bekerja sama dengan berbagai bidang pengolahan kulit eksotik yaitu barang kerajinan dari kulit pari, ular, buaya, sisik ikan, dan masih banyak lagi.
"Pengolahan kulit eksotik salah satunya ada di Papua, karena bahan baku kulit buaya yang cukup banyak dan bagus kualitasnya. Kami pernah mengadakan pelatihan di Kabupaten Mamberamo beberapa bulan yang lalu." kata Agus.