KH. Noer Muhammad Iskandar SQ Wafat Hari Ini, ini Profil Singkatnya

- 13 Desember 2020, 20:48 WIB
KH. Noer Muhammad Iskandar SQ.
KH. Noer Muhammad Iskandar SQ. /Pesantren Ashiddiqiyah/

JURNAL SOREANG- Inna lillahi wa inna ilaihi rajiuun, telah berpulang ke rahmatullah Pengasuh Pondok Pesantren Ashiddiqiyah Jakarta, KH Nur Muhammad Iskandar SQ, pada Ahad, 13 Desember 2020 sekitar pukul 13.41 WIB. 

Dikutip dari NU Online, informasi wafatnya KH. Nur Muhammad ari aplikasi percakapan yang berbunyi, "Mohon maaf segala kesalahan murabbi ruuhina abah kh. Noer Muhammad Iskandar SQ telah kembali kepada Allah swt pukul 13:41 siang ini beliau ahli surga husnul khatimah insya Allah.”

Informasi ini kemudian diklarifikasi kepada salah seorang menantu almarhum yaitu Ketua PW NU Jawa Barat KH Hasan Nuri Hidayatullah ayau akrab dipanggil Gus Hasan, Maja Gus Hasan membetulkan kabar tersebut.  “Leres. mohon doanya,” ujar Gus Hasan.

Baca Juga: Terkonfirmasi Positif Covid-19, Bupati Purbalingga Ingatkan Siapapun Bisa Terpapar

Almarhum adalah kiai kelahiran Banyuwangi, Jawa Timur, pada 5 Juli 1955. Selain mengasuh pesantren di tengah kota di Jakarta, ia dikenal sebagai dai kondang. 
Dikutip dari situs Pondok Pesantren Asshiddiqiyah, KH Noer M Iskandar dikenal sebagai salah satu dai (pendakwah) di saluran televisi nasional.

Noer M Iskandar yang lahir Sumber Beras, Banyuwangi, berasal dari keluarga kyai ayahnya Kyai Iskandar dan Nyai Rabiatun. Pendidikannya dimulai di pesantren Jawa Timur dan akhirnya sekolah di Jakarta.

Dia menikah di usai 27 tahun, yakni pada 1982. Istrinya adalah Hj Siti Nur Jazilah.Saat di Jakarta, Noer M Iskandar mendirikan yayasan Al Muchlisin di Pluit. Yayasan pendidikan yang berawal dari kegiatan remaja masjid Al Muchlisin ini berkembang menjadi Madrasah Diniyah.

Baca Juga: Akibat Covid-19, Masjid dan Kantor PWNU Jabar Tutup Sementara

Pada periode ini, Noer M Iskandar mulai mendapat berbagai undangan ceramah.
Pada tahun 1983, Noer Iskandar bertemu kawan lama yang sudah menjadi Asisten Menteri Agama bernama H Rosyidi Ambari. Olehnya, dia diminta mengelola sebidang tanah 2 ribu meter persegi untuk dijadikan lembaga pendidikan Islam di Kedoya, Jakarta Barat. Inilah yang kemudian menjadi Pondok Pesantren Asshidiqiyah pada Rabiul Awal 1406 Hijriyah atau Juli 1985 Masehi.

Halaman:

Editor: Sarnapi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x