Kisah Ita Martadinata Haryono, Siswi SMA yang Bersedia Menjadi Saksi Peristiwa Mei 1998 hingga Kematiannya

1 Agustus 2023, 12:48 WIB
Ilustrasi Kisah Ita Martadinata Haryono. /Pixabay/geralt/

 

JURNAL SOREANG - Beberapa kasus yang merupakan bagian dari Peristiwa Mei 1998 merupakan kasus yang mencoreng nama Indonesia. Selain keadaan ekonomi Indonesia yang sedang krisis, Indonesia saat itu juga megalami kasus rasialis dengan melakukan tindakan tidak terpuji terhadap orang keturunan China.

Salah satunya adalah Ita Martadinata Haryono. Bahkan yang lebih mengenaskan lagi beberapa hari sebelum ke Amerika Serikat untuk memberikan kesaksian di PBB, ia ditemukan tewas. Bagaimana ceritanya?

Dikutip Jurnal Soreang dari cuitan akun Twitter Neo Historia Indonesia @neohistoria_id yang diupload pada 29 Juli 2023, Ita Martadinata Haryono atau dikenal dengan Margaretha Martadinata Haryono alias Kho Ing adalah siswi kelas 12 SMA Paskalis yang berusia 17 tahun. Ia merupakan penyintas pemerkosaan masal Peristiwa Mei 1998.

Baca Juga: Cari Rekomendasi Makan Mie Ayam Bangka Dekat LP Cipinang? Coba di Mie Ayam Bangka Asan

Peristiwa Mei 1998 mempunyai beberapa kejadian yang kebanyakan menimpa keturunan Tionghoa. Yang paling banyak adalah pemerkosaan terhadap perempuan keturunan Tionghoa, pemukulan terhadap pria keturunan Tionghoa, dan penjarahan terhadap bangunan milik orang keturunan Tionghoa. Untuk pemerkosaan, beberapa korban ada yang tewas dengan luka parah di bagian vital karena ditusuk benda tajam di selangkangan.

Ita Martadinata Haryono merupakan penyintas pemerkosaan masal Peristiwa Mei 1998. Dari sekian banyak orang keturunan Tionghoa yang diperkosa. Ita mengorbankan diri sendiri dengan mengesampingkan rasa sakitnya untuk membantu penyintas sesama korban pemerkosaan Mei 1998.

Menurut Ita, kejadian pemerkosaan yang menimpa dirinya dan perempuan lainnya yang merupakan keturunan Tionghoa itu adalah bentuk teror politik yang dilakukan oleh sekelompok orang terlatih.

Baca Juga: Rayakan Dua Tahun Merger, Pelindo Adakan Lomba Karya Tulis, Ini Persyaratannya

Karena itulah, Ita Haryono dan Wiwin Haryono yang merupakan ibu dari Ita Haryono akan berangkat ke New York, Amerika Serikat dengan empat korban pemerkosaan Mei 1998 untuk bersaksi di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat.

Tapi, semua rencana untuk ke Markas Besar PBB sirna setelah Ita Martadinata Haryono tewas di kamar rumahnya. Ita Haryono yang baru pulang dari sekolah, tiba-tiba menemukan Suryadi alias Otong alias Bram di dalam kamarnya. Rencana awal Bram yang tadinya mencuri di kamarnya berubah menjadi pemerkosaan dan pembunuhan hingga tewas dan melukai kemaluan Ita Haryono di selangkanganyan dengan kayu.

Sejak peristiwa itu, banyak pihak yang percaya bahwa kejdian pembunuhan Ita Haryono merupakan pembungkaman oleh sekelompok orang agar kebiadaban Peristiwa Mei 1998 tidak diketahui secara luas, meski kejadian tersebut dianggap kejahatan biasa.

Baca Juga: Bukan Bisnis Musiman, 8 Ide Usaha Beserta Pertimbangannya

Di tanggal 13 Mei 2021, perkumpulan sosial Boen Hiang Tong di kawasan Pecinan Semarang mendedikasikan sebuah sinci atau papan arwah untuk Ita Martadinata Haryono. Sinci Ita Haryono yang bertuliskan Yìnní Rénquán Huódòng Jiā (Pejuang Hak Asasi Manusia Indonesia) ini diletakkan di sebelah sinci untuk KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. ***

 

 

Ikuti terus dan share informasi Anda di media sosial Google News Jurnal SoreangFB Page Jurnal SoreangYouTube Jurnal SoreangInstagram @jurnal.soreang, dan TikTok @jurnalsoreang

 

Editor: Josa Tambunan

Sumber: Twitter @neohistoria_id

Tags

Terkini

Terpopuler