Jelang Muktamar Persatuan Islam (Persis): Siapa Figur Ketua Umum Persis Lima Tahun Ke Depan?

28 Juli 2022, 09:53 WIB
Mantan Sekretaris Umum PP Persis, Dadan Wildan Annas /Istimewa /

JURNAL SOREANG- Muktamar ke XVI Persatuan Islam (Persis) akan digelar pada tanggal 23-26 September 2022, di Bandung tepat 99 tahun usia jamiyyah Persis. Muktamar ke XVI ini seharusnya digelar pada tahun 2020, namun karena pandemi Covid19, Muktamar Persis, sebagaimana Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, harus diundur sampai pandemi covid-19 mereda.

Salah satu agenda muktamar Persis yang biasanya menarik perhatian jamaah adalah prosesi pemilihan Ketua Umum yang akan menakhodai kapal besar jamiyyah Persis.

Saat ini, Persis dipimpin oleh Al Ustad K.H. Aceng Zakaria, salah satu ulama besar yang dimiliki Persis saat ini. Jika beliau masih bersedia mengemban amanah melanjutkan kepemimpinannya, saya kira muktamar akan berlangsung cepat. Sebab harus diakui, Persis masih kekurangan tokoh ulama yang mumpuni.

Baca Juga: Soreang Akan Jadi Tuan Rumah Pelaksanaan Muktamar XVI Persatuan Islam (PERSIS), Ini Agendanya

Ulama generasi murid KHE Abdurrahman Allahu yarham, tidak banyak lagi yang berperan aktif di jamiyyah. Mungkin tinggal Prof. Dr. KH. Maman Abdurrahman dan KH. M. Romli yang juga sudah cukup sepuh. Rata rata usianya  di atas 70 tahunan.

Lapis kedua setelah ustad Aceng, nampaknya belum ada yg menonjol. Dalam pandangan saya, Dr. KH. Dedeng Rosyidin mungkin salah satunya di lapis ini.

Disamping ustad Dr. KH. Uyun Kamiludin, Dr. KH. Komarudin Saleh, Ustad Zae Nandang, Ustad Drs. Jalaludin dan ustad Drs. Daerobi yang rata rata menjelang usia atau lebih dari 60 tahun.

Ada lapis ketiga setelah itu di kisaran usia 50 tahunan. Pada lapis ini, mereka mantan aktivis Pemuda Persis. Ada Prof. KH. Atip Latifulhayat, SH., LLM., Ph. D, ada Dr. Irfan Syafrudin, KH. Drs. Ustad Uus M. Ruhiyat, dan Ustad Wawan Sofwan misalnya.

Baca Juga: Ormas Islam Persis Akan Adakan Muktamar, Berikut Harapan Kader Persis dalam Majelis Mubahatsah

Sedangkan usia di bawah 50 tahunan, yang nampak menonjol saat ini ada Dr. KH. Jeje Zaenudin, Dr. Tiar Anwar Bahtiar, Dr. Haris Muslim, Dr. Ihsan Setiadi Latif, Dr. Latif Awaludin, Dr. Nasrudin Syarif, Dr. Nurmawan, KH. Amin Mukhtar, dan masih banyak lagi kader lain, yang dari sisi pendidikan cukup mumpuni.

Saya berharap muktamar tahun 2020 lebih mengedepankan musyawarah mufakat dibandingkan dengan pemungutan suara ala demokrasi yang terkadang dapat memecah belah umat.

Jika KH. Aceng Zakaria masih bersedia melanjutkan kepemimpinannya, saya kira aklamasi menjadi solusi. Jika beliau tidak lagi bersedia karena faktor usia misalnya, maka musyawarah dan mufakat dapat dilakukan untuk menentukan penggantinya. Tanpa harus mempertandingkan atau adu geulis antar ulama Persis.

Dengan cara itu, jamiyah akan tetap utuh, musyawarah untuk mufakat menjadi pilihan terbaik daripada pemilihan langsung ala demokrasi.

Baca Juga: Pemuda Persis Ingin Belajar Jurnalistik dari PWI Kabupaten Bandung

Yang juga cukup penting, mudah-mudahan Muktamar tahun ini dapat menghasilkan tasykil Pimpinan Pusat yang tangguh, amanah, ikhlas, dan istiqomah sekaligus melahirkan program jihad yang lebih implementatif.

Agenda utama yang perlu dibahas dalam Muktamar ke-XVI adalah bagaimana menempatkan kembali posisi organisasi Persis sebagai organisasi yang bergelut dalam bidang pengkajian, penelitian, dan menghasilkan produk hukum (Islam) sebagai jawaban terhadap berbagai persoalan umat. Persis perlu menampilkan kembali ruh utama jamiyyah sebagai penggerak pemikiran Islam di Indonesia.

Tokoh tokoh muda Persis yang berusia di kisaran 40 hingga 50 tahunan, dapat didorong untuk membawa gerbong Persis ke level nasional dan internasional. Prof. KH Atip Latifulhayat dan Dr. KH. Jeje Zainudin memiliki kompetensi yang mumpuni.

Baca Juga: Prof Atip Latieful: Sebenarnya Persis Lahir pada Tahun 1926 Sezaman dengan NU

Prof. Atip yang juga guru besar hukum Universitas Padjajaran yang lebih dari sepuluh tahun tinggal di Australia dan seringkali hadir di forum-forum internasional, akan lebih mudah membawa Persis melompat jauh berperan di forum internasional.

Demikian pula Dr. Jeje Zainudin, pergaulan di level nasional dan internasionalnya cukup lumayan. Ustad Jeje merupakan salah satu unsur pimpinan MUI pusat.

Di era global, digital, dan metaverse saat ini dan ke depan, Persis tentu tidak hanya bekutat mada persoalan persoalan ibadah semata, tetapi harus merambah pada persoalan muamalah sejagat.

Di era global saat ini, tentu medan dan strategi dakwah Persis tidak bisa lagi konvensional seperti saat ini. Jika Persis ingin tampil lebih menasional dan mendunia, tentu harus didukung oleh imamah yang memiliki kemampuan personal dan manajerial yang mumpuni.

Baca Juga: Pelatihan Sigab Persis Melibatkan BNPB, Bupati Sumedang: Ini Bentuk Sinergitas

Jaringan nasional dan internasional harus dimiliki. Organisasi yang tahun depan berusia 100 tahun itu, jangan lagi diplesetkan Persis sebagai Persatuan Islam Sunda.

Di era global saat ini plesetan yang sangat lokal itu harus dibuang jauh jauh, Persis harus mendunia (tulisan ini merupakan refleksi Dadan Wildan Annas, mantan Sekum PP Persis).***

Editor: Sarnapi

Tags

Terkini

Terpopuler