Kelakuan Bejat Raja Batara Wajo III yang Gemar Cicipi Istri Rakyatnya Lahirkan Arung Matoa yang Dicintai

19 Desember 2021, 21:55 WIB
Makam Arung Matoa IV. Arung Matoa menggantikan Raja Batara Wajo III karena memiliki kelakuan bejat, yakni menggauli istri rakyatnya /Catatankakikita

JURNAL SOREANG - Jabatan raja atau ratu biasanya jabatan turun temurun. Jabatan prestisius tersebut diturunkan dari orang tuanya yang jadi raja atau ratu.

Tapi, berbeda dengan Arung Matoa I, raja pertama Kerajaan Wajo di Sulawesi Selatan (Sulsel). Ia jadi raja justru karena dipilih oleh rakyatnya.

Adalah La Palewo To Palippu dari Bettempola yang terpilih sebagai Arung Matoa I Kerajaan Wajo.

Baca Juga: Batara Wajo III, Raja Bugis yang Gemar Cicipi Istri Rakyatnya, Nasibnya Berakhir Tragis

Ia menggantikan raja sebelumnya, yakni Batara Wajo III yang turun dari takhtanya setelah dikudeta rakyatnya.

Rakyat mengkudeta Batara Wajo III karena raja tersebut memiliki perilaku bejat.

La Pate'dungi To Samallangi sebagai Batara Wajo III gemar menggauli istri rakyatnya, bahkan kadang persetubuhannya dilakukan dengan terang-terangan.

Baca Juga: Imsak Puasa Senin dan Jadwal Shalat untuk Semarang dan Sekitarnya, Senin 20 Desember 2021

Kisah mengenai Batara Wajo III yang gemar mencicipi istri rakyatnya terdapat pada buku WAJO ABAD XV–XVII bagian ketujuh karya Andi Zainal Abidin.

Kisah tersebut, menurut penulisnya, diambil dari Lontara (Naskah Kuno) Wajo.

Dikutip dari laman historyofcirebon.id, untuk menutupi aksi bejatnya, La Pateddungi To Samallangi berkedok berkeliling negeri dengan alasan menjaga keamanan.

Baca Juga: Bintang Muda Indonesia (BMI) Bertekad Jadi Rumah Pergerakan Millenial, Ini Ajakan Hailuki untuk Generasi Muda

Namun, saat berkeliling negeri tersebut sang raja mencari mangsa untuk melampiaskan nafsu bejatnya.

Ia menggauli istri dan anak gadis rakyatnya, bahkan kadang persetubuhannya dilakukan dengan terang-terangan.

Karuan saja, rakyatnya pun mengeluh atas kelakuan bejat rajanya itu.

Baca Juga: Imsak Puasa Senin dan Jadwal Shalat untuk Surabaya dan Sekitarnya, Senin 20 Desember 2021

Maka, paman sang raja, Arung Saotanre menasehati sang raja. Bila hendak mengambil perempuan, yang gadis saja yang ambil untuk dijadikan istri.

Mendengar nasehat sang paman, Batara Wajo III menurutinya. Untuk itu, para wanita yang sudah bersuami supaya bertapong dan bertopi.

Namun kenyataannya, bertapong dan bertopi tetap diambilnya untuk digauli.

Baca Juga: Ternyata Inilah 5 Spesies Buah Terlangka Yang Ada di Dunia, Kira-kira Hanya Ada di Negara Mana Saja?

Melihat kelakuan bejat rajanya yang tidak berubah, berbondong-bondonglah rakyat Kerajaan Wajo pindah dan pergi ke negeri lain, di antaranya Penrang dan Pammana.

Sang Paman pun tidak tinggal diam, ia mengumpulkan rakyatnya yang masih ada.

Akhirnya, rakyat Wajo yang bersekutu dengan paman Batara Wajo III melakukan kudeta. Mereka mengusir Batara Wajo III, raja pun kemudian terusir.

Baca Juga: Simak! Apa Benar Manusia Memiliki Kembaran Hingga 7 Orang ? Berikut Penjelasannya

Dalam perjalanan pengusiran tersebut Batara Wajo III dibunuh dengan cara kejam.

Untuk menggantikan posisi Batara Wajo III, dipilih seorang penguasa dengan gelar Arung Matoa (raja yang dituakan).

La Palewo To Palippu dari Bettempola terpilih sebagai Arung Matoa I Wajo.

Pada masa pemerintahan Arung Matoa IV, La Tadampare Puang ri Manggalatung (menjabat sekitar 1491–1521), Wajo menjadi salah satu negeri Bugis yang utama.***

Editor: Handri

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler