Pedagang Menjerit, Harga Minyak Goreng Melambung Tinggi Sejak Awal November 2021, Ini Penyebabnya!

9 November 2021, 19:15 WIB
Ilustrasi Minyak Goreng yang Semakin Meninggi Harga Jualnya. /Mega Ramadhani Wiguna/pexels.com

JURNAL SOREANG – Sejak awal November 2021, para pedagang khususnya pedagang gorengan Menjerit akibat harga minyak goreng melonjak tinggi. 

Melambungnya harga minyak goreng, disebabkan akibat proyeksi harga minyak kelapa sawit mentah. 

Sehingga, harga minyak goreng diprediksi akan terus menanjak, sehingga harus segera diantisipasi pemerintah.

Baca Juga: OPPO Jawab Kebutuhan Masyarakat yang Ingin Ponsel Berkamera Handal dengan Meluncurkan A95

Pedagang menjerit karena tidak hanya minyak goreng kemasan 1 dan 2 liter saja yang mengalami kenaikan, namun harga minyak goreng curahpun ikut mengalami kenaikan harga.

Sampai dengan hari ini 9 November 2021 harga minyak goreng kemasan 1 Liter berada pada harga Rp18.500-, yang sebelumnya berharga Rp15.000, per kemasan 1 Liter.

Bagi para pedagang gorengan kecil kondisi ini justru membuat mereka kebingungan untuk menyiasati kenaikan minyak goreng ini.

Kenaikan minyak goreng ini disebabkan adanya kekurangan pasokan akan minyak nabati (oils) dan minyak hewani (fats) di Pasar Global.

Baca Juga: Fantastis! Inilah 5 Proyek Kontruksi Termahal di Dunia yang Masih Dibangun dan Akan Segera Selesai

Selain itu juga kenaikan harga minyak goreng juga disebabkan adanya kenaikan harga minyak sawit atau CPO Indonesia.

Direktur Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting Kemenag Isy karim, menerangkan harga minyak goreng itu bakal tetap mengalami kenaikan selama harga CPO (Crude Palm Oil) sebagai bahan baku terus menaik di harga pasar modal.

Industri penghasil minyak goreng Indonesia sendiri tidak mempunyai punya hubungan langsung dengan perkebunan sawit.

Oleh sebab itu harga jual minyak goreng yang di Pasarkan Indonesia sudah sama dengan harga CPO yang sudah ditambahkan, harga kemasan, harga biaya olah dan harga ongkos angkut.

Baca Juga: Waduh, 111 Ton Besi Proyek Kereta Cepat Dicuri, Netizen: Banyak Tukang Sulapnya

Kondisi ini pernah terjadi di Tahun 2020 di mana produksi 17 jenis minyak nabati dan lemak menurun 266 ribu ton dibanding tahun 2019 yang sebanyak 236.820 ribu ton.

Kenaikan harga sawit masih akan terjadi, setidaknya hingga kuartal 1 2022 mengingat kedua faktor penghambat produksi minyak nabati yaitu Pandemi COVID-19 dan cuaca buruk.

Untuk mengantisipasi kenaikan harga minyak goreng yang saat ini sudah di atas Harga Eceran Tertinggi (HET)Kemendag dan Pemerintah berencana akan menstop ekspor CPO atau ekspor minyak sawit mentah.

Selain itu, Kemendag juga berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementrian Keuangan untuk menaikkan bea keluar CPO.***

Editor: Rustandi

Sumber: berbagai sumber

Tags

Terkini

Terpopuler