Proyek Mural 'PPKM : Parno Karena Mural' Wujud Ekspresi Generasi Muda Z Dalam Menanggapi Isu Sosial Politik

18 September 2021, 14:25 WIB
Tangkapan layar : Mural yang bertuliskan Tuhan Aku Lapar !! /YouTube/

JURNAL SOREANG - Seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa mural masih jadi pembahasan dan pertanyaan kenapa harus dibungkam?

Padahal banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mengekspresikan diri kita baik itu dengan tulisan ataupun juga dengan ucapan dan juga perbuatan.

Salah satunya dengan memasuki ranah seni, tulisan dengan struktur kata dan kalimat yang indah bisa jadi sebuah karya seni.

Baca Juga: Versi Demokrasi Anak Muda di Era Generasi Z : Dengan Mural Akankah Pemerintah Salah Fokus atau Jadi Sensitif?

Suara yang merdu disempurnakan dengan paduan harmonisasi musik yang keren juga sebuah karya seni,

Gerakan dan seni visual lainnya seperti lukisan, foto, mural ataupun patung juga hasil dari sebuah karya seni yang patut diapresiasi sebagai bentuk mengekspresikan diri pribadi masing-masing.

Dan itu juga yang membuat orang jadi memiliki ciri khas masing-masing dengan kepribadian mereka.

Baca Juga: 5 Mantan Striker Persib dalam 10 Besar Pencetak Gol Terbanyak Liga Indonesia Sepanjang Masa, Gonzales Nomor 1

Berikut adalah pendapat para Seniman tentang 'Mural Yang Dibungkam' dikutip Channel Youtube Narasi edisi "Pembuat Mural 'Tuhan Aku Lapar!!' Kami Disuruh Minta Maaf" kita simak penjelasan mereka.

Ada Mas Eko Nugroho yang seniman senior Jogja yangs ering menyuarakan persoalan sosial politik sejak era reformasi, dan ada Bunga Fatia seniman grafis dan pendiri Ladies On Walk dimana karya mereka sudah Go International.

Berikut kata Mas Eko "Aku sering kok ngalamin yang namanya mural yang ku buat itu di hapus.

Baca Juga: Nadiem Makarim Lantik 7 Pejabat Tinggi Madya dan 2 Pemimpin Perguruan Tinggi, Ini Nama-Namanya

Jadi kalau kita mau terjun di Streetart atau berkarya diruang publik, hari kita gambar besok itu gambar kita ditumpuk dengan gambar lainnya itu baru antar seniman atau sesama street artits.

Belum lagi censorhip yang belakangan ini terjadi lagi dengan nilai-nilai politik, itu juga terjadi.

Disitulah pertempuran dimana kita bisa konsisten untuk tetap berkarya, hari ini ditumpuk, kita bikin lagi terus saja begitu" ujar Mas Eko.

Baca Juga: Mantul, Pameran Wayang Jawa Indonesia Digelar Sebulan Penuh di Prancis, Kolektor Punya 250 Wayang

Lain hal dengan Bunga Fatia yang mengatakan "Aku belum pernah tuh mengalami yang namanya polisi menghapus gambar kita.

Karena kita enggak ada urusan dengan mereka. Kecuali kita menggambar di tempat yang ilegal, tapi kalau alasan kontennya kita enggak pernah.

Awalnya aku juga bertanya-tanya ada apa dan kenapa, begitu aku paham situasinya kayak gitu terus kebetulan muralnya relate banget sama situasi tersebut.

Baca Juga: Persib Vs Bali United: Duel Tim Mewah Bertabur 7 Pemain Termahal di Liga 1 2021

Dan aku merasa lebih kayak marah, sedih terus kesal karena itu kan aspirasi bukan cuma untuk kita.

Tapi juga mewakili orang banyak, dan itu juga yang buat aku jadi ingin ikutan turun untuk membuat mural" ujarnya.

"Yang menarik dalam kasus ini adalah reaksi pemerintah atau negaranya yang kemudian menghapus tanpa ada dialog terlebih dahulu, tanpa ada diskusi lewat karya seni dan lainnya.

Baca Juga: 338 Tim Sekolah Melaju Tahap Final Kihajar STEM 2021

Kalau itu ditulis di sebuah negara yang sudah dikatakan makmur itu tidak akan jadi masalah, karena semua orang sudah kenyang.

Aku pribadi enggak tahu ya apakah ini situasi latah atau apa ya, kalau pemerintah bilang itu provokatif.

Tapi provokatifnya dimana? lha wong cuma tulisan 'dibungkam' katakanlah begitu.

Baca Juga: Kampus Harus Dorong Talenta Mahasiswa dan Ubah Pola Lama dalam Mengajar

Sebuah kritik tidak bisa dibungkam atau bahkan dihapus, dia akan tumbuh berkembang menjadi bentuk kritik-kritik lainnya.

jadikanlah ini indah, kita bicara demokrasi pasti akan ada yang pro dan kontra didalamnya.

Artinya ketika mural misal dihapus oleh negara oleh pemerintah, maka akan muncul lagi bentuk mural-mural atau karya seni lainnya nanti" kata Mas Eko.

Baca Juga: Kembali ke Bandung untuk Liga 1 Bukan sebagai Pemain Persib, Ezechiel N'Douassel: Saya Kangen Bobotoh

Padahal mural adalah salah bentuk kritik yang paling unik dan estetik daripada sekedar demo, namun sayangnya pemerintah bersikukuh meminta para pembuat mural untuk membuat konten yang beradab.

"Aku yang membuat mural dengan tulisan 'Tuhan Aku Lapar!!' masih dianggap enggak beradab apalagi yang lainnya" kata Ohaiyoh

Senada dengan Ohaiyoh, Bunga Fatia pun mempertanyakan tentang konten yang beradab itu seperti apa.

Baca Juga: Usai Bali United vs Persib, 5 Punggawa akan Absen di Dua Laga Maung Bandung, Kenapa?

"Karya yang beradab menurut aku itu yang memuji-muji mereka (pemerintah/negara), kalau mengkritik sepertinya enggak beradab menurut mereka.

Karena kenyataannya begitu kalau yang bagus-bagus kan enggak dihapus, yang jujur malah jadi masalah" ucapnya.

"Nah kita juga tanya balik nih, pertama ijinnya bagaimana kalau memang harus berizin?.

Baca Juga: Rektor UIN Sunan Gunung Djati: Jangan Jadi Pejabat dan Dosen Bila Tinggalkan Tugas dan Fungsi Utama

Kedua mengkritik yang beradab itu ukuran beradabnya seperti apa?

Ingat, kesenian merupakan sebuah identitas masyarakat. Kalau kesenian sudah dianggap sebagai ancaman, nah ini jadi masalah" kata Mas Eko.

"Untuk proyek ke depan aku terpikir untuk buat mural dengan singkatan PPKM (Pada Parno Karena Mural), aku juga enggak akan kapok ya buat apa juga kapok? Kita bukan kriminal, kita bukan kejahatan, kita bukan melakukan pembunuhan atau apapun itu" kata Ohaiyoh.

Baca Juga: Kontra Bali United, Persib akan Kenakan Jersey Kedua saat Menang Lawan Persita Tangerang

Cara anak muda zaman sekarang itu beda gaya dengan zaman dulu dalam mengekspresikan politik mereka, cara kita peduli terhadap politik sosial kita mengekspresikannya secara formal tapi diranah yang informal.

Dan apa yang anak muda zaman sekarang itu adalah, salah satu bentuk ungkapan atas dampak dari kebijakan yang Bapak/Ibu pemerintah buat, mungkin bisa dikatakan kita menuntut pertanggungjawaban pemerintah/negara.***

Editor: Sam

Sumber: YouTube

Tags

Terkini

Terpopuler