Jika Jokowi Tak Maju di 2024, M Qodari Sebut Dikotomi Nasionalis Islamis Akan Tercipta

4 September 2021, 12:15 WIB
Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari utarakan analisisnya jika Jokowi tak maju di Pilpres 2024 /Tangkapan layar YouTube.com/tvOneNews


JURNAL SOREANG - Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari mengutarakan analisisnya jika Presiden Jokowi tak maju lagi di ajang Pilpres 2024 mendatang.

Menurut M Qodari, tanpa keikutsertaan Jokowi di Pilpres 2024 akan terjadi sebuah dikotomi label di antara para calon yang akan maju dalam ajang tersebut.

“Kalau Pak Jokowi bukan calon lagi, saya melihat koreksinya nanti calonnya ini akan dibelah belah,” kata M Qodari dikutip Jurnal Soreang dari kanal YouTube Karni Ilyas Club.

Baca Juga: Rocky Gerung Ragu Jokowi Enggan 3 Periode: Alasannya Punya Makna Mendua

Lebih lanjut, M Qodari memandang, akan ada masa kampanye dan propaganda para calon dengan menggunakan label tertentu seperti Pilpres sebelumnya.

“Dikotomi nasionalis islamis itu akan tercipta lagi,” ucap Direktur Eksekutif Indo Barometer itu.

Berangkat dari hasil survei yang dilakukan olehnya, M Qodari menuturkan saat ini ada 3 calon figur papan atas yang berpeluang maju di Pilpres 2024 usai meraih angka yang beda tipis.

Baca Juga: Sertifikat Vaksin Jokowi Viral Beredar, Berikut Keterangan Kemendagri

“Polanya partai itu mau menang (Pilpres) dia akan mendukung calon yang peringkatnya (di survei) 2 besar atau 3 besar,” ucapnya.

Seandainya yang maju Prabowo Subianto, Anies Baswedan, dan Ganjar Pranowo (seiring hasil survei), M Qodari melihat label nasionalis islamis yang dikhawatirkannya akan tercipta.

“Misalnya Ganjar (dilabeli) nasionalis, Prabowo karena sempat gabung dengan Jokowi nasionalis, Anies islam. Saya yakin kalau 3 ini (maju) pasti akan dua putaran,” kata dia.

Baca Juga: Sertifikat Vaksin Jokowi Viral Beredar, Kemendagri: Ada Sanksi Pidana Bila Pakai NIK Orang Lain

M Qodari pun memproyeksinya bila di antara calon itu akhirnya bertarung dalam putaran kedua akan ada pembelahan atau dikotomi nasionalis dan islamis.

“2024 itu (menjadi) sangat mengerikan. Retorika agama itu ke luar bertaburan bahkan menjadi hoaks,” kata dia.

“2014 Pak Jokowi disebut-sebut sebagai Kristen, sebagai Cina, dan seterusnya. Lalu, kita melihat di Pilkada Jakarta masjid sudah dicoret-coret,” tuturnya menambahkan.

Baca Juga: Kerumunan di Cirebon Disebut karena Karisma Jokowi, Gus Umar Langsung Bereaksi

Menurut M Qodari kalau tidak pasangan Jokowi Prabowo yang maju di Pilpres 2024 maka akan berhadapan dengan sebuah situasi pilpres yang bisa berakhir dengan pertumpahan darah.

“Karena kita melihat bahwa Pilpres kita itu semakin terpola kepada pertentangan calon dari nasionalis dan islamis,” katanya.

Seperti diketahui, dalam beberapa pekan terakhir ini pembahasan mengenai jabatan presiden mendadak gaduh. Hal itu salah satunya dipicu dengan adanya wacana amandemen UUD 1945.

Baca Juga: Arief Poyuono Puji Jokowi Bagikan Sembako Meski Picu Kerumunan: Lanjutkan

Beberapa waktu lalu Juru Bicara Jokowi Fadjroel Rachman sempat menegaskan presiden tak berniat memperpanjang jabatan di tengah isu amandemen UUD 1945.

Dalam pernyataannya, Fadjroel Rachman menyebut Jokowi tegak lurus kepada konstitusi yang menyatakan jabatan presiden sesuai amanah reformasi 1998.

Sekjen PBB Afriansyah Ferry Noor yang sempat bertemu Jokowi di istana bersama partai nonparlemen pun ikut menyampaikan pendapat presiden soal jabatan 3 periode.

Afriansyah Ferry Noor menyebut Jokowi menolak jabatan 3 periode dan amandemen UUD 1945. Selain itu, kata dia, Jokowi menyerahkan urusan amandemen UUD 1945 ke MPR.***

Editor: Handri

Sumber: YouTube

Tags

Terkini

Terpopuler