JURNAL SOREANG – Sidang paripurna anggota DPRD Kabupaten Solok, Sumatera Barat, berakhir ricuh hingga nyaris baku hantam.
Kericuhan bermula dari interupsi seorang anggota dewan yang meminta sidang pada hari Rabu, 18 Agustus 2021 itu tidak dipimpin oleh Ketua DPRD Kabupaten Solok, Dodi Hendra.
“Kami menolak Dodi Hendra memimpin sidang hari ini,” tegas salah seorang anggota dewan DPRD Kabupaten Solok memberikan interupsi, dilansir dari Antaranews.
Baca Juga: Terkait Narkoba, 14 Orang Ditetapkan Menjadi Tersangka, Polisi: 5 Di antaranya Anggota DPRD Labura
Jalannya sidang terus diwarnai saling interupsi dan aksi pukul meja hingga situasi persidangan semakin memanas.
Dodi Hendra selaku pimpinan sidang langsung menskors persidangan selama 30 menit.
Saat rapat kembali dimulai, serangan saling interupsi antar anggota dewan kembali terjadi, bahkan lebih panas dari sebelumnya.
Seorang anggota dewan yang terbakar emosi berdiri menantang anggota dewan lainnya sambil mengancam akan melemparkan asbak kaca.
Emosi pun semakin tak terkendali hingga beberapa anggota dewan hampir terlibat baku hantam.
Rapat yang seharusnya membahas Rancangan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Menengah Daerah (Raperda RPJMD) itu berubah menjadi ajang adu keras antar anggota dewan.
“Dia sengaja berdiri mengangkat asbak dan mengeluarkan nada ancaman, sehingga memancing emosi anggota den lainya,” ujar Ketua Fraksi PAN DPRD KAbupaten Solok, Aurizal.
Baca Juga: Bintang Emon Ejek Pakaian Dinas DPRD Kota Tangerang ‘Baju Tidur’
Emosi mulanya dipicu oleh rasa tidak percaya anggota dewan terhadap Ketua DPRD Dodi Hendra.
Sejumlah Anggota Dewan bahkan secara terang-terangan menegaskan agar Dodi Hendra Mundur dari jabatannya.
“Jadi tidak ada interfensi sama sekali dari luar atau internal DPRD, Ini murni adalah keinginan kami sebagai anggota yang tidak lagi menginginkan saudara Dodi Hendra sebagai ketua DRPD, apalagi memimpin sidang hari ini,” tambahnya.
Video kericuhan sidang paripurna DPRD Kabupaten Solok itu telah beredar dan viral di media sosial.
Banyak netizen yang melontarkan komentar pedas atas perilaku para wakil rakyat yang terlibat kericuhan tersebut.***